Dalam pertandingan ini, Majapahit menurunkan kerbau raksasa mereka yang memiliki tanduk tajam dan tubuh yang besar.
Mereka yakin bahwa kerbau ini akan membawa kemenangan, mengingat ukurannya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kerbau milik pihak lawan.
Namun, Patih Suatang justru memilih anak kerbau lapar yang sedang mencari susu untuk menjadi lawan kerbau raksasa Majapahit.
Begitu anak kerbau tersebut dilepas, ia langsung berlari ke arah kerbau raksasa Majapahit dan menyerang perutnya, dengan harapan menemukan puting susu.
BACA JUGA:Menyingkap Misteri Situs Kumitir: 7 Fakta Penting tentang Warisan Kerajaan Majapahit
Dalam kejadian yang sangat dramatis ini, anak kerbau yang kelaparan dan penuh semangat tersebut menggigit perut kerbau raksasa hingga akhirnya membuatnya roboh.
Kekalahan yang tak terduga ini membuat pasukan Majapahit merasa kalah secara simbolis dan mereka mulai merencanakan untuk mundur.
Namun, Patih Suatang dengan bijak menahan mereka dan mengundang pasukan Majapahit untuk menghadiri jamuan makan sebagai tanda persahabatan dan penghormatan atas keberanian mereka.
Jamuan ini sempat menghibur pasukan Majapahit yang lelah dan memberikan mereka kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan diri dari kekalahan mereka dalam adu kerbau.
BACA JUGA:Tribhuwana Wijayatunggadewi, Pemimpin Cerdas yang Membawa Majapahit ke Puncak Kejayaan
Namun, suasana kemenangan itu tidak berlangsung lama. Saat pasukan Majapahit sedang menikmati pesta dan dalam keadaan mabuk kemenangan, tiba-tiba mereka diserang secara mendalam oleh pasukan Pulau Percah.
Serangan mendalam ini sangat terkoordinasi dan menghancurkan, menewaskan banyak prajurit, patih, dan hulubalang Majapahit.
Akibat serangan mendalam ini, tentara Majapahit mengalami kekalahan besar dan terpaksa pulang dengan tangan hampa, meninggalkan banyak mayat di medan perang.
Peristiwa tersebut terjadi di sebuah padang luas yang kemudian dikenal dengan nama 'Padang Sibusuk'.
BACA JUGA:Desa Trowulan: Destinasi Wisata Sejarah untuk Mengungkap Keagungan Majapahit
Nama ini berasal dari kata "sibusuk" yang berarti banyak mayat yang membusuk, mencerminkan banyaknya korban yang jatuh dalam pertempuran tersebut.