PAGARALAMPOS.COM - Di sebuah naskah kuno Majapahit yang disimpan dengan penuh kehati-hatian di Museum Jawa Timur, terdapat kisah menarik mengenai ekspedisi besar yang dilakukan oleh Kerajaan Majapahit ke wilayah Minangkabau.
Kisah ini bukan hanya menjadi bagian penting dari sejarah, tetapi juga mencerminkan bagaimana diplomasi, strategi, dan keberanian dapat berakhir dengan cara yang tak terduga.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam perjalanan ini, dari persiapan awal hingga akhir yang penuh tragedi.
Pada masa kejayaannya, Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kekuatan maritim dan militer terbesar di Nusantara.
BACA JUGA:Redupnya Surya Majapahit, Usai Wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah Mada
Ekspedisi ke Minangkabau ini adalah salah satu upaya untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka di barat Nusantara.
Dengan mengirimkan armada besar yang terdiri dari 500 kapal perang dan 200.000 prajurit, Majapahit menunjukkan komitmen dan kekuatan militernya.
Armada ini dipimpin oleh patih dan hulubalang, serta membawa sebuah kerbau jantan raksasa yang konon menjadi simbol kekuatan dan kebanggaan mereka.
Ekspedisi Majapahit ini dimulai dengan perjalanan yang relatif lancar hingga tiba di Jambi, sebuah pelabuhan strategis yang menjadi titik awal mereka untuk menuju dataran tinggi Minangkabau.
BACA JUGA:Kisah Kerajaan Majapahit: Eksplorasi Tempat-Tempat Sejarah di Sumatera Selatan
Dari Jambi, mereka melanjutkan perjalanan menuju Pariangan, sebuah daerah penting di Minangkabau yang merupakan tempat pertemuan mereka dengan pemimpin lokal.
Di Pariangan, Majapahit bertemu dengan dua tokoh penting Minangkabau: Patih Suatang (juga dikenal sebagai Datuk Perpatih Nan Sebatang) dan Patih Ketemanggungan (Datuk Katumanggungan).
Pertemuan ini adalah momen penting dalam rangkaian peristiwa, di mana patih Majapahit mengusulkan adu kerbau sebagai simbol dari pertarungan antara kedua belah pihak.
Adu kerbau ini bukan hanya sekadar pertarungan binatang, tetapi juga sebuah simbol dari pertarungan antara kekuatan dan keberanian.
BACA JUGA:Jejak Sejarah: Menelusuri Situs-Situs Bersejarah Kerajaan Majapahit di Sumatera Selatan