Jumputan Palembang, Begini Sejarah dan Nilai Budaya dan Pelestariannya

Sabtu 10-08-2024,22:34 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

Didesain dengan hiasan tertentu, dengan teknik mengikat bagian tertentu pada kain dan mencelupkannya ke dalam warna yang diinginkan.

Pelestarian Kain Jumputan

Upaya peningkatan kualitas kain Jumputan sedang dilakukan.

BACA JUGA:Uniknya Maras Taun, Tradisi Usai Panen dari Urang Belitung

Mendukung kemajuan kain lompat lidah melalui kegiatan edukasi dan pameran. Itu sebabnya kami terus berkembang hingga saat ini.

Inisiatif selanjutnya yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel adalah memfasilitasi perizinan pameran.

Dan mari kita jadikan tekstil tradisional Sumatera Selatan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Ini juga telah menjadi situs warisan dunia takbenda.

Upaya tambahan dilakukan oleh pedagang, konsumen, dan tokoh adat palembang. Diperlukan upaya untuk melestarikan budaya Jumptang sebagai warisan budaya.

BACA JUGA:Cikal Bakal Palembang di Bukit Siguntang, Ada Sejarah Agama Sriwijaya

Mengiklankan dan memasarkan Jumputan untuk menjangkau masyarakat lebih luas.

Cara Pembuatan Kain Jumputan

Pengerjaan kain jumputan menggunakan teknik tie and dye, sritch and dye, rincek dan tritik.

Teknik tersebut dengan cara membuat jelujur pada benang kain sesuai dengan pola, kemudian benang ditarik erat sehingga berkerut-kerut. Kemudian dimasukkan pada larutan pewarna.

- Mula- mula, kain sutera putih dipotong kurang lebih empat meter, kemudian di-maal atau diberi motif dengan cara ditulis menggunakan pensil pada kain putih tersebut.

BACA JUGA:5 Daya Tarik Wisata Alam Punti Kayu Palembang yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Liburan

- Setelah selesai dilukis/di-maal, selanjutnya pinggiran ragam hias dijelujur menggunakan tali rafia dan ditarik erat-erat. Teknik ini disebut tie and dye atau jumputan.

Kategori :