Situs ini juga dikaitkan dengan kelahiran raja-raja yang kemudian memerintah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Patani di Thailand selatan.
Bukit dengan taman dan pepohonan besar ini juga diduga sebagai tempat pemakaman raja-raja Malaya.
Di puncak bukit terdapat tujuh makam yang menurut penduduk setempat berhubungan dengan raja, bangsawan, dan pejuang Melayu Sriwijaya.
BACA JUGA:Gending Sriwijaya: Warisan Budaya dan Makna Tari dalam Upacara Penyambutan Tamu di Palembang
“Bahkan pada masa Sultan Mahmud Badaruddin bin Sultan Bahauddin, Bukit Siguntan pernah digunakan sebagai tempat pengambilan sumpah kepada warga yang bertikai yang mencari perdamaian,” lanjutnya
J.L. Van Sevenhoven menyatakan dalam buku harian Retno bahwa tempat pengambilan sumpah adalah makam Raja Brester Aram.
Menurut Walters, Bukit Siguntan sebenarnya adalah pusat kerajaan Sriwijaya.
Bukit Siguntan dan sekitarnya pada masa itu merupakan tempat berkumpulnya berbagai komunitas.
BACA JUGA:Jejak Kejayaan Sriwijaya: Sejarah Religi di Bukit Siguntang dan Asal Usul Palembang
Di sinilah juga tempat Raja Sriwijaya dan para pengikutnya mengungkapkan perasaan gembira atas kemenangan mereka dalam perjalanan suci.
Curahan kegembiraan raja tidak terlihat di puncak bukit, melainkan di lereng bukit, khususnya di Kedukan Bukit tempat dibangunnya Wanua.
"Peranan penting Bukit Siguntan juga diperkuat dengan adanya laporan Yitzin yang menyebutkan bahwa Sriwijaya merupakan pusat ajaran Buddha di Palembang,'' lanjutnya.
I-tsing juga mencatat bahwa lebih dari 1.000 biksu tinggal di Sriwijaya dan menyarankan agar biksu yang ingin belajar di India sebaiknya datang ke Sriwijaya terlebih dahulu untuk belajar.