Nilai-nilai tradisional seperti kejujuran dan kehidupan harmonis dengan alam sangat dijunjung tinggi oleh Suku Balik.
Mereka menjalani kehidupan yang erat kaitannya dengan alam sekitar.
Kehidupan tradisional Suku Balik meliputi bertani dengan sistem ladang berpindah, berburu, mengumpulkan madu dari pohon tinggi, serta mencari tanaman obat di hutan.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Candi Arjuna dengan Situs Bersejarah di Ketinggian 2.093
Suku Balik juga memiliki sistem kekerabatan yang kuat.
Kelurahan Sepaku, yang merupakan salah satu wilayah permukiman mereka, dulu terkenal dengan hutan lebat yang kaya akan sumber daya alam.
Hutan ini menyediakan buah-buahan, air sungai yang jernih, dan tempat berburu. Keberadaan hutan tersebut sangat penting dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tantangan Pembangunan Ibu Kota Nusantara
BACA JUGA:Menjelajahi Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Mengenal 10 Peninggalannya
Permasalahan utama yang dihadapi oleh Suku Balik saat ini adalah pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang mengambil alih lahan permukiman mereka.
Proyek ini mengancam keberlangsungan hidup tradisional Suku Balik, yang selama ini bergantung pada alam.
Lahan yang dulu menjadi tempat tinggal mereka kini telah diambil alih untuk pembangunan kota baru.
Sibukdin, seorang tokoh Suku Balik, mengenang masa lalu kampungnya yang subur.
BACA JUGA:Sebagian Wanita Sparta Punya Dua Suami, Mengupas Kisah Sejarah Yunani Kuno!
Dengan mengenakan peci hitam bermotif kuning, ia menceritakan bagaimana hutan lebat di sekitar Kelurahan Sepaku dulu menjadi sumber kehidupan bagi mereka.
Namun, dengan adanya pembangunan IKN, banyak dari wilayah tersebut telah berubah dan tidak lagi bisa diakses oleh mereka.