Bajak Laut Sriwijaya yang Melegenda, Meraja di Selat Malaka

Minggu 28-07-2024,19:58 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

Sementara itu, Kenneth Hall dalam bukunya Maritime Trade and State Development in Early Southeast Asia mengutip informasi dari catatan Arab kuno yang menggambarkan bagaimana Sriwijaya menguasai Selat Malaka.

Pada pertengahan abad ke-10, tulisnya, tercatat di Sriwijaya kapal dagang Yahudi dikenakan pajak sebesar 20.000 dinar sebelum melanjutkan pelayarannya ke Tiongkok.

BACA JUGA:5 Kerajaan Tertua di Indonesia: Dari Sriwijaya hingga Kerajaan-kerajaan Awal Lainnya

Melanjutkan buku Kenneth, disebutkan kutipan cerita ahli geografi Arab Ibn Rusta.

Sekitar abad ke-10, Ibnu Rusta mendeskripsikan pulau-pulau di provinsi Riau (kemungkinan Kepulauan Lingga).

Pemimpin memimpin pasukan Sriwijaya,” Ibnu dikutip Kenneth, “terkenal karena kapur barusnya dan kemampuannya melindungi atau mengganggu kapal yang lewat.

Pedagang Islam Palembang Pada abad VII-IX Masehi, Sriwijaya konon menguasai lautan didukung kekuatan militer dan kendali kepemimpinan.

BACA JUGA:Jejak Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Masih Mengubur Harta Karun

Kerajaan dengan mudah menguasai jalur pelayaran strategis, khususnya Selat Malaka, Bangka, Sunda, dan Karimata.

Kekuasaan Sriwijaya mampu mengendalikan bajak laut. Berka mengatakan kondisi sepanjang jalur yang awalnya menakutkan bagi para pedagang Muslim kini telah berubah sehingga navigasi menjadi lebih aman dan nyaman.

Pak Belka juga menambahkan, kerja sama Sriwijaya dengan luar negeri telah menghasilkan pengakuan kedaulatan dan semakin memperkuat jalur perdagangan.

Mohon gunakan kekuatan maritim Sriwijaya dan kerja sama dengan para pelaut kita untuk melindungi jalur pelayaran ke jantung Sriwijaya dari bajak laut,'' tulisnya.

BACA JUGA:Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Dahulunya Menguasai Perdagangan di Selat Malaka dan Sunda

Meningkatnya kepercayaan para pedagang muslim, baik dalam berdagang maupun menjamin keamanan transportasi dari dan ke pusat Sriwijaya.

Serta meningkatnya akses para pedagang muslim terhadap proses Islamisasi melalui jalur perdagangan di Kerajaan Sriwijaya.

Sejak jatuhnya Sriwijaya sekitar abad ke-11 atau ke-12, para perompak di Selat Malaka hidup mandiri dan tampak semakin brutal. Selat Malaka berisiko untuk pelayaran.

Kategori :