PAGARALAMPOS.COM - Industri tekstil dan produk tekstil( TPT) di Indonesia kini tengah berada di bawah tekanan besar akibat berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Menteri Perindustrian( Menperin) Agus Gumiwang menyatakan bahwa sektor ini sedang menghadapi tantangan berat, mulai dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS, penurunan daya beli masyarakat, regulasi impor yang tidak mendukung bisnis, hingga isu pemutusan hubungan kerja( PHK).
Tantangan dan Kontribusi Industri TPT Agus menjelaskan bahwa dalam peta jalan dan kebijakan industri nasional, sektor TPT merupakan prioritas pengembangan karena kontribusinya yang besar terhadap perekonomian Indonesia.
Pada triwulan I- 2024, industri TPT berhasil menyumbang 5,84 persen terhadap PDB sektor manufaktur dan memberikan kontribusi ekspor nasional sebesarUS$ 11,6 miliar, dengan fat mencapaiUS$ 3,2 miliar.
BACA JUGA:KWT RW 01 Kelurahan Burung Dinang Manfaatkan Lahan Pekarangan Rumah Untuk Menanam Sayuran
Upaya Pengembangan Kompetensi Tenaga Kerja Untuk menghadapi tantangan tersebut, Kementerian Perindustrian melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri( BPSDMI) terus berupaya meningkatkan kompetensi tenaga kerja di sektor TPT.
Salah satu upayanya adalah melalui Balai Diklat Industri( BDI) Jakarta yang fokus menyelenggarakan Diklat 3in1( pelatihan, sertifikasi, dan penempatan kerja).
Kerjasama ini diharapkan dapat menghasilkan tenaga kerja yang siap pakai dan mampu mengisi peluang kerja di industri TPT, sehingga meningkatkan produktivitas dan daya saing industri tersebut.
PT Globalindo Intimates Contoh Kolaborasi Sukses PT Globalindo Intimates, salah satu produsen pakaian dalam wanita yang telah menembus pasar ekspor, merupakan contoh sukses dari kolaborasi ini.
BACA JUGA:Tutorial Mudah: Inilah Cara Simpel Membagi Layar Laptop di Windows 10
Didirikan pada tahun 2008, perusahaan ini memiliki pabrik seluas32.000 m ² dan mempekerjakan sekitar3.600 orang.
Tantangan Eksternal dan Solusi Strategis Selain pelemahan rupiah, industri TPT juga harus menghadapi tantangan dari regulasi impor yang kurang mendukung.
Kebijakan impor yang tidak probisnis membuat banyak produk tekstil asing membanjiri pasar domestik, mengakibatkan persaingan yang semakin ketat bagi produk lokal.
Agus menekankan perlunya dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah, untuk membuat kebijakan yang lebih berpihak pada pengembangan industri lokal.
BACA JUGA:Laptop Terbaik 2024 untuk Mahasiswa: Punya Kualitas Unggul dan Harga Terjangkau