PAGARALAMPOS.COM - Kerajaan Pajang, yang didirikan di Pulau Jawa pada abad ke-16, memainkan peran vital dalam penyebaran Islam di Jawa, terutama di Surakarta. Kerajaan ini muncul sebagai penerus Kesultanan Demak yang runtuh akibat persaingan kekuasaan di kalangan adipati.
Berpusat di daerah perbatasan Desa Pajang, Kota Surakarta, dan Desa Makamhaji, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Kerajaan Pajang mempunyai peran bersejarah dalam penyebaran agama Islam dan perkembangan peradaban di Jawa Tengah.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang didirikan oleh Sultan Hadiwijaya, yang dikenal sebagai Jaka Tingkir, seorang bupati Demak yang berhasil menghentikan pemberontakan Arya Penangsang, adipati Jipang yang memberontak terhadap Sultan Trenggana, raja terakhir Demak.
BACA JUGA:Sejarah Etnis Rejang, Konon Menelusuri Sungai Musi Hingga Menetap di Bengkulu
BACA JUGA:Catatan Sejarahwan Belanda, Begini Sejarah Suku Daya KOMERING di Sumsel
Menurut buku "Sejarah Peradaban Islam di Indonesia" karya Suyuthi Pulungan (2022), Jaka Tingkir mendapat dukungan dari Sunan Kalijaga, salah satu wali Songo, yang memungkinkannya menggantikan Sultan Trenggana sebagai raja Demak pada tahun 1546.
Namun, Jaka Tingkir memilih untuk tetap berkuasa di Pajang tanpa memindahkan pusat pemerintahannya ke Demak. Ia tidak menggunakan gelar sultan, melainkan senopati ing alaga (pemimpin perang), untuk menghindari konflik dengan para adipati yang masih mengklaim keturunan Majapahit.
Puncak Kejayaan Kerajaan Pajang
Di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijaya, Kerajaan Pajang mencapai puncak kejayaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi Mataram, Madiun, Kediri, Pasuruan, Tuban, Gresik, Surabaya, Madura, dan Blambangan.
BACA JUGA:Penemuan Prasasti Kuno di Sacsayhuamán Berusia 30.000 Tahun, Mengguncang Sejarah Manusia
BACA JUGA:Eksplorasi Sejarah Jalan Braga: Destinasi Wisata yang Sarat Makna di Bandung
Kerajaan ini menjalin hubungan diplomatik yang baik dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara seperti Aceh, Banten, Cirebon, dan Makassar.
Sultan Hadiwijaya dikenal sebagai seorang penguasa yang bijaksana, adil, dan dermawan. Ia sangat menghormati ulama dan wali yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa.
Selama masa pemerintahannya, kesejahteraan rakyat menjadi prioritas utama. Sultan Hadiwijaya memberikan bantuan kepada rakyat yang membutuhkan berupa tanah atau hewan ternak, menunjukkan perhatian besar terhadap kesejahteraan sosial.