Pada tahun 1428, terjadi penyatuan kembali antara Kerajaan Sunda dan Galuh melalui pernikahan Jayadewata dari Galuh dengan Ambetkasih dari Sunda.
Pernikahan ini menyatukan kedua kerajaan yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Pajajaran (Pakuan Pajajaran) di bawah pemerintahan Sri Baduga Maharaja.
Penyatuan ini menandai periode kejayaan dan stabilitas bagi wilayah tersebut.
Akhir Kejayaan dan Warisan Budaya
BACA JUGA:Jejak Perkembangan Kerajaan Galuh: Sejarah dan Warisan yang Punya Nilai yang Berharga
Riwayat panjang Kerajaan Galuh berakhir pada tahun 1595 ketika dikuasai oleh Kerajaan Mataram.
Namun, kerajaan ini terus eksis dalam bentuk Kerajaan Pajajaran hingga akhirnya diserang oleh Kesultanan Banten pada tahun 1679, yang menandai berakhirnya masa kejayaan Pasundan.
Pergantian nama Kabupaten Galuh menjadi Ciamis dan beberapa perubahan politik selanjutnya menandai akhir dari era Kerajaan Galuh.
Meskipun kerajaan ini tidak lagi eksis, jejak kejayaannya masih dapat dilihat melalui berbagai peninggalan sejarah seperti prasasti dan candi.
BACA JUGA:Kerajaan Pajang: Jejak Kejayaan dan Keruntuhan Sebuah Kerajaan Islam di Jawa
Beberapa prasasti yang terkenal antara lain Prasasti Mandiwunga, Prasasti Cikajang, Prasasti Rumatak, dan Prasasti Galuh.
Selain itu, Candi Cangkuang juga menjadi salah satu peninggalan penting yang menunjukkan kebesaran Kerajaan Galuh.
Peninggalan Berharga
Prasasti dan candi peninggalan Kerajaan Galuh tidak hanya menjadi bukti sejarah, tetapi juga warisan budaya yang sangat berharga.
BACA JUGA:Kerajaan Gowa Tallo: Kekuatan Islam di Tanah Sulawesi Selatan
Misalnya, Prasasti Mandiwunga dan Prasasti Cikajang memberikan informasi tentang kehidupan dan struktur pemerintahan di masa lalu.