PAGARALAMPOS.COM - Sebuah kejadian kontroversial menggemparkan media sosial belakangan ini ketika sekelompok anak SMP, termasuk di antaranya anak dari SMPN 216, terlibat dalam insiden menghina dan membuat lelucon yang tidak pantas terkait penderitaan anak-anak Palestina.
Insiden ini menjadi viral setelah sebuah video beredar luas di berbagai platform, menunjukkan mereka mengolok-olok dan merendahkan martabat korban konflik di Timur Tengah.
Dalam video yang beredar, terlihat sejumlah remaja putri dengan ceria mengomentari makanan mereka sambil menggunakan narasi yang tidak senonoh.
Seorang dari mereka bahkan secara kasar menyebut tulang ayam sebagai "tulang anak-anak Palestina" dan menceritakan seolah-olah mereka sedang mengonsumsi daging dan darah dari korban perang tersebut.
BACA JUGA:Toilet Wanita Bertimer di Yungang Grottoes Bikin Heboh, Kontroversi di Balik Kenyamanan Pengunjung
Video ini cepat menyebar di media sosial dan memicu reaksi keras dari netizen yang menilai tindakan tersebut sangat tidak pantas dan tidak manusiawi.
Salah satu remaja yang terlibat dalam video tersebut, dari SMPN 216, akhirnya mengambil inisiatif untuk meminta maaf secara terbuka.
Dalam sebuah video klarifikasi yang diunggah kembali ke media sosial, mereka terlihat duduk berdampingan dengan wajah penuh penyesalan.
"Kami dengan tulus meminta maaf atas kesalahan kami yang menghina dan tidak menghormati penderitaan anak-anak Palestina," ujar salah seorang dari mereka.
BACA JUGA:Pasar Malam di Alun-Alun Utara Pagaralam, Sajikan Hiburan dan Kuliner yang Sangat Memikat
Permintaan maaf ini diikuti oleh anak-anak lain yang terlibat dalam video tersebut, masing-masing mengakui kesalahan mereka dan menegaskan bahwa mereka tidak akan mengulangi perilaku serupa di masa depan.
Mereka juga menyampaikan rasa penyesalan mereka atas dampak yang telah ditimbulkan kepada masyarakat dan kepada mereka yang terdampak langsung.
Sebelum insiden ini, video tersebut diunggah oleh akun chirenggs di Instagram, yang kemudian menyebar luas di platform lain seperti Facebook dan Twitter.
Reaksi keras pun datang dari berbagai pihak, baik dari masyarakat umum maupun dari organisasi yang peduli terhadap hak asasi manusia dan perdamaian internasional.
BACA JUGA:Galakkan Gerakan Cinta Produk Indonesia, 33 Stan Dinas Ramaikan Besemah Expo