Jejak Sejarah Kerajaan Galuh: Menggali Warisan dan Perkembangan yang Terjaga Hingga Kini

Kamis 25-07-2024,13:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM – Kerajaan Galuh, yang merupakan kerajaan Hindu kuno, terletak di antara Sungai Citarum dan Sungai Cisarayu. Didirikan pada tahun 612 Masehi oleh Wretikandayun, kerajaan ini memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya daerah tersebut.

Berdasarkan informasi yang disampaikan dalam jurnal Paramita oleh Nina Herlina Lubis dan tim, pusat pemerintahan Kerajaan Galuh terletak di Ciamis, sedangkan Kerajaan Sunda berpusat di Pakuan Pajajaran. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Galuh dan Sunda berada di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara pada masa pemerintahan Maharaja Linggawarman (666-669 Masehi).

Awal mula Kerajaan Galuh berhubungan dengan permintaan Wretikandayun kepada Maharaja Tarusbawa dari Kerajaan Tarumanegara untuk memisahkan wilayahnya. Tarusbawa memutuskan untuk membagi wilayahnya menjadi dua kerajaan: Sunda dan Galuh, dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.

Wretikandayun, putra Raja Kendan, menjadi raja pertama Kerajaan Galuh dengan gelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa pada usia 21 tahun. Meski demikian, perjalanan kerajaan ini tidak selalu mulus. Salah satu peristiwa penting adalah Perang Bubat melawan Kerajaan Majapahit.

Di bawah kepemimpinan Mahaprabu Niskala Wastukancana, Kerajaan Galuh mencapai masa kejayaannya. Carita Parahyangan menggambarkan masa pemerintahan Wastukancana sebagai waktu yang penuh kesejahteraan dan ketenteraman bagi rakyat Galuh. 

Namun, kekuasaan Kerajaan Galuh berakhir pada tahun 1595 ketika dikuasai oleh Kerajaan Mataram. Pada tahun 1428, terjadi penyatuan kembali antara Kerajaan Sunda dan Galuh melalui pernikahan Jayadewata dari Galuh dengan Ambetkasih dari Sunda, yang menjadikan mereka dikenal sebagai Kerajaan Pajajaran (Pakuan Pajajaran) di bawah Sri Baduga Maharaja.

Akhirnya, pada tahun 1679, Kerajaan Sunda-Galuh diserang oleh Kesultanan Banten, yang menandai berakhirnya kejayaan Pasundan. Selanjutnya, nama Kabupaten Galuh diubah menjadi Ciamis, menandai perubahan politik yang terjadi.

Meskipun demikian, Kerajaan Galuh meninggalkan berbagai peninggalan bersejarah yang mencerminkan kejayaannya, seperti prasasti dan candi. Beberapa peninggalan penting termasuk Prasasti Mandiwunga, Prasasti Cikajang, Prasasti Rumatak, Prasasti Galuh, dan Candi Cangkuang.

Peninggalan-peninggalan ini tidak hanya berfungsi sebagai bukti sejarah tetapi juga sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan dan dijaga. Memahami dan mempelajari sejarah Kerajaan Galuh membantu kita menghargai perjalanan peradaban dan warisan budaya yang telah ada sejak lama.

Kategori :