Kedua peristiwa ini dihormati dengan didirikannya monumen-monumen di Kota Bengkulu oleh pemerintah Inggris.
Benteng Marlborough terus berperan sebagai pusat pertahanan bahkan ketika kepemilikan wilayah beralih.
Selama masa pemerintahan Hindia Belanda (1825-1942), masa pendudukan Jepang (1942-1945), dan masa perang kemerdekaan Indonesia, benteng ini tetap relevan sebagai pusat pertahanan.
Setelah Jepang kalah pada tahun 1945, Benteng Marlborough menjadi markas Polri. Namun, Belanda merebut kembali benteng ini pada tahun 1949-1950.
Setelah Belanda akhirnya meninggalkan wilayah tersebut, benteng ini berfungsi sebagai markas TNI-AD. Pada tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.
Salah satu ciri khas Benteng Marlborough adalah arsitektur dan tata letaknya yang unik.
Dilihat dari atas, benteng ini menyerupai bentuk seekor kura-kura. Pintu utama benteng adalah kepala kura-kura, sementara badannya adalah benteng itu sendiri.
BACA JUGA:Istana Berusia 700 Tahun! Beginilah Isi Dari Penemuan Di Dalam Hutan Lamongan Jawa Timur
Bentuk ini mencerminkan tipikal benteng Eropa. Ukurannya cukup besar, dengan luas tanah mencapai 44.000 meter persegi dan ukuran fisik sekitar 240 x 170 meter.
Dinding benteng memiliki ketinggian bervariasi, antara 8 hingga 8,50 meter, dengan ketebalan 1,85 hingga 3 meter. Benteng pertahanan diperkuat dengan 72 meriam yang berjanji di sekitar dinding.
Di dalam kompleks benteng, terdapat barisan bangunan dengan atap berbentuk segitiga yang dulu digunakan sebagai barak, penjara, dan kantor.
Bagian tengah benteng juga memiliki lapangan besar yang berfungsi sebagai halaman dalam.
Benteng Marlborough adalah warisan bersejarah yang memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia.
Dari pembangunannya oleh East India Company hingga perubahan kepemilikan yang berulang-ulang, benteng ini telah menyaksikan peristiwa-peristiwa penting dan mengabadikannya dalam arsitektur dan bentuk fisiknya.