Kebijakan ini, meskipun bertujuan untuk melindungi konsumen, justru memberikan celah bagi pedagang untuk menaikkan harga jual mereka.
"Naiknya mungkin karena pemerintah sudah menetapkan HET dinaikkan. Pedagang pasti naikin harga. Sudah sempat turun, tiba-tiba harga beras naik lagi, para pedagang jpastinya kaget," ungkap Hadi.
Hal serupa diungkapkan oleh Achmad, pedagang beras lainnya di pasar tersebut.
Ia menilai bahwa pemberlakuan HET seringkali membawa dampak yang tidak selalu positif, dan dalam beberapa kasus justru menjadi bumerang bagi pasar.
BACA JUGA:PKB Pagaralam Siap Menangkan Hj Hepy Safriani di Pilkada 2024
"Beras sudah agak turunan (harganya). Tapi katanya bakal ada naik lagi. Untuk harga jual beras medium Rp13.000-14.000 per kg. Kalau yang premium Rp15.000-Rp16.000 per kg. Sementara itu, Pandan wangi saya jual Rp17.000 per kg," jelas Achmad.
Tantangan Pedagang dan Konsumen
Kenaikan harga beras ini tidak hanya mempengaruhi pedagang, tetapi juga konsumen.
Bagi pedagang seperti Hadi dan Achmad, kenaikan harga modal beras berarti mereka harus menaikkan harga jual untuk menjaga margin keuntungan.
BACA JUGA:Jaga Integritas, Profesionalitas Pilkada di Kota Pagaralam secara Demokratis
Namun, di sisi lain, konsumen harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Siti, seorang ibu rumah tangga yang berbelanja di Pasar Tebet Timur, mengaku terkejut dengan kenaikan harga beras yang mendadak ini.
"Harga beras naik terus, padahal penghasilan tetap. Jadi harus lebih hemat lagi di rumah," ujarnya dengan nada prihatin.
Peran Pemerintah dan Solusi
BACA JUGA:Pendakian Gunung Dempo di Kota Pagaralam Ditutup Sementara, Ada Apa?
Dalam situasi ini, peran pemerintah sangat krusial untuk menjaga stabilitas harga pangan.