Hingga 21 April, Starlink telah mengirimkan 53 satelit tambahan, sehingga totalnya mencapai 2.388 satelit, dengan lebih dari 2.000 di antaranya beroperasi sebagai bagian dari konstelasi Starlink.
Starlink bertujuan untuk menyediakan layanan akses internet kepada masyarakat di daerah pedesaan dan bagian lain dunia yang belum memiliki akses broadband berkecepatan tinggi.
"koneksi Starlink sangatlah cocok ditempatkan di area di mana konektivitas internet biasanya menjadi tantangan atau terbatas," tulis Starlink pada situs webnya. Dengan teknologi LEO, Starlink dapat memberikan internet broadband berkecepatan tinggi ke lokasi di mana akses tidak bisa diandalkan atau sama sekali tidak tersedia.
- Keunggulan Teknologi LEO
BACA JUGA:4 Pilihan Game Balap Mobil Terbaik untuk Pengguna Android, Gratis di Google Playstore
Satelit LEO, yang beroperasi lebih dekat ke Bumi, sekitar hingga 2.000 km di atas permukaan, berbeda dengan satelit geostasioner tradisional yang beroperasi pada ketinggian sekitar 36 ribu km.
Teknologi LEO ini menawarkan beberapa keunggulan, seperti latensi yang lebih rendah dan kecepatan yang lebih tinggi, yang menjadikannya solusi ideal untuk daerah-daerah terpencil.
Menurut laman We Forum, LEO merupakan teknologi yang dapat merevolusi internet dengan membantu menghubungkan masyarakat yang tidak terhubung dan menjembatani kesenjangan digital yang ada di komunitas terpencil dan pedesaan.
Dengan teknologi ini, Starlink dapat menawarkan kecepatan unduhan hingga 100 Mbps untuk paket "Standar" di Indonesia, dengan biaya langganan sebesar Rp 750.000 per bulan.
BACA JUGA:Nokia R21 Max, Kembalinya Gemilang Nokia di Dunia Smartphone Android
- Tantangan bagi Penyedia Internet Lokal
Kehadiran Starlink di Indonesia menimbulkan tantangan besar bagi penyedia internet lokal.
Dengan harga yang lebih terjangkau dan kecepatan yang lebih tinggi, Starlink menawarkan alternatif yang menarik bagi konsumen di daerah pedesaan dan terpencil, di mana infrastruktur internet tradisional seringkali tidak memadai.
Harga langganan Starlink yang kompetitif, yaitu Rp 750.000 per bulan, jauh lebih murah dibandingkan dengan layanan VSAT lokal yang mencapai Rp 3,5 juta per bulan.
BACA JUGA:Wow, Mantap Jiwa, Inilah Spesifikasi Macbook Pro M2 Pro, Produk Anyar Apple Jang
Heru Sutadi sebagai pengamat teknologi informasi yang sekaligus direktur eksekutif Indonesia ICT Institute, menegaskan bahwa rata-rata orang Indonesia menggunakan internet dengan rata-rata kecepatan hingga 20 Mbps.