Dari hasil lapisan penggalian itu dapat dilihat penanggalan jejak manusia yang dimulai dari usia 42 ribu tahun lalu, 30 ribu tahun lalu, 18 ribu tahun lalu, 9 ribu tahun lalu, 5 ribu tahun lalu, 2 ribu tahun lalu, dan 300 tahun lalu masa Pleistosen akhir dan Holosen.
BACA JUGA:Sebuah Transformasi Bersejarah Biara Khora di Turki Kembali Jadi Masjid Kariye
“Temuan dari hasil penanggalan tertua di situs Topogaro diperkirakan berusia sekitar 42 ribu tahun lalu dan merupakan yang paling tua di Sulawesi dan juga Indonesia bagian Timur,” terang Ono, dalam kuliah umum yang digelar secara daring.
Menariknya, hasil ekskavasi di Gua Topogaro 1 dan 2 juga ditemukan banyak sisa-sisa hewan berupa kerang, tulang belulang seperti kuskus, satwa dari famili suidae seperti babirusa dan juga anoa yang diperkirakan usianya antara 8 ribu dan lebih dari 42 ribu tahun lalu.
Tidak hanya itu, di Gua Topogaro 2 juga terdapat satu lukisan cap tangan di dinding sebelah timur yang disebut sebagai temuan penting namun, masih memerlukan analisis lebih jauh. Temuan lukisan ini memiliki kemiripan dengan lukisan purba yang ada di Maros.
Menurut Ono, berdasarkan jejak kebudayaan awal Homo Sapiens yang ada di Sulawesi dan juga Timor, memiliki indikasi bahwa perilaku dan penggunaan teknologinya mirip dengan yang ada di Afrika dan Eropa kontemporer, seperti seni lukisan batu, kail ikan, ornamen kerang, dan juga berbagai variasi alat litik.
BACA JUGA:Menjelajahi Jejak Sejarah Candi Singosari di Malang yang Penuh Misteri
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan 5 Fakta Menarik Candi Singosari di Jawa Timur
Situs Gua Topogaro memiliki arti penting bagi para ilmuwan di Indonesia maupun internasional untuk mengetahui migrasi awal manusia prasejarah.
Namun, situs penting ini terancam kehadiran tambang batu seperti galian C dan juga perusahaan nikel yang sedang marak di Morowali sejak beberapa tahun ini. Bahkan, pada beberapa bagian, kata Ono, separuhnya sudah habis namun beruntungnya situs utama dipastikan aman.
“Meski demikian perlu dilakukan perlindungan melalui pembuatan zonasi di situs Gua Topogaro untuk dilakukan perlindungannya, karena di sekitarnya masih banyak gua dan rock shelter,” ungkapnya.
Bupati Kabupaten Morowali, Taslim, juga berharap ada rekomendasi dari parapihak untuk melindungi situs Gua Topogaro dari ancaman kerusakan. Dia memberikan dukungan penuh kepada para peneliti untuk terus melakukan riset dan menggali potensi cagar budaya yang ada di Kabupaten Morowali. Dengan adanya riset tersebut, Taslim berharap, dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui wisata, pendidikan, dan juga ekonomi.