Meskipun usianya telah mencapai 125 tahun, Rumah Keluarga Tjhia masih tetap mengagumkan.
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
BACA JUGA:Membuka Sejarah Candi Prambanan, Teryata ada Kisah Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang
Terdiri dari 14 pintu, rumah ini telah menjadi tempat tinggal bagi generasi keempat hingga ketujuh dari keluarga tersebut.
Menariknya, rumah ini belum pernah mengalami pemugaran besar, hanya cat rumah yang sering kali mengalami perubahan.
Hal ini menambah nilai autentisitasnya sebagai sebuah warisan bersejarah yang masih utuh.
Salah satu bagian yang paling menarik dari Rumah Keluarga Tjhia adalah altar sembahyang.
BACA JUGA:Sejarah Mesopotamia Kuno, Ketika Pendidikan Hanya Untuk Kaum Elite
BACA JUGA:Eksplorasi Zaman Megalitikum, Mengungkap Sejarah Peradaban Kuno
Di ruangan ini, pengunjung dapat melihat foto-foto keluarga yang telah berusia lama, meja dengan alas berwarna merah yang di atasnya disusun sesembahan, dan lilin-lilin besar yang selalu menyala, menambah kesakralan tempat ini.
Suasana yang kental dengan aroma tradisi dan spiritualitas memperkaya pengalaman setiap pengunjung yang memasuki rumah ini.
Selain sebagai tempat tinggal, Rumah Keluarga Tjhia juga menjadi tempat berkumpulnya keluarga dan menyimpan berbagai tradisi turun-temurun.
Salah satunya adalah pembuatan choi pan, pangsit Tionghoa yang berbentuk setengah lingkaran dengan beragam isian.
BACA JUGA:Menyimpan Cerita Menarik! Inilah 4 Tempat Wisata Sejarah PALI yang Wajib Kamu Kunjungi
BACA JUGA:Menjelajahi Sejarah Kerajaan Sriwijaya dan Mengenal 10 Peninggalannya
Teman-teman lokal mengakui bahwa choi pan buatan keluarga Tjhia memiliki cita rasa yang istimewa. Namun, sayangnya choi pan ini tidak dijual saat perayaan Imlek.