PAGARALAMPOS.COM – Mengunjungi Rumah Keluarga Tjhia adalah seperti melakukan perjalanan kembali ke masa kolonial Singkawang. Bangunan bersejarah ini tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga menjadi penghubung antara zaman dahulu dan sekarang.
Dengan warisan budaya yang begitu berharga, Rumah Keluarga Tjhia menjadi destinasi yang wajib dikunjungi bagi siapa saja yang ingin mendalami sejarah dan kebudayaan Singkawang. Mari kita telusuri keindahan dan kekayaan sejarah yang tersembunyi di balik dinding-dinding megah Rumah Keluarga Tjhia dalam artikel ini.
Di Singkawang, terdapat sebuah warisan bersejarah yang menjadi bagian penting dari kehidupan kota ini. Rumah Tua Keluarga Tjhia, yang telah berdiri selama 125 tahun, menjadi saksi bisu atas berbagai perubahan yang terjadi sepanjang waktu.
Terletak di Kawasan Tradisional Jalan Budi Utomo No. 36, Singkawang Barat, rumah ini bukan sekadar bangunan tua, tetapi sebuah peninggalan berharga yang menyimpan banyak cerita dan makna dalam setiap detailnya.
Didirikan pada 4 Februari 1901, Rumah Keluarga Tjhia menjadi bagian integral dari sejarah dan kebudayaan Kalimantan Barat. Sebagai salah satu cagar budaya, rumah ini melambangkan keteguhan dan keberanian yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Tjhia Fung Sin, pemilik pertama rumah ini, dikenal sebagai seorang pedagang yang memperdagangkan hasil bumi seperti kopra dan damar ke Singapura. Kehidupannya meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah lokal.
Walaupun telah berusia 125 tahun, Rumah Keluarga Tjhia tetap memukau. Terdiri dari 14 pintu, rumah ini menjadi tempat tinggal bagi generasi keempat hingga ketujuh keluarga tersebut. Menariknya, rumah ini belum pernah mengalami pemugaran besar, hanya sering kali mengganti cat, sehingga nilai keasliannya sebagai warisan sejarah tetap terjaga.
Salah satu bagian yang menarik dari Rumah Keluarga Tjhia adalah altar sembahyang. Di ruangan ini, pengunjung dapat melihat foto-foto keluarga yang sudah tua, meja beralas merah dengan sesaji di atasnya, dan lilin besar yang selalu menyala, menambah suasana sakral tempat ini. Kehadiran aroma tradisi dan spiritualitas memperkaya pengalaman setiap pengunjung yang datang.
Selain sebagai tempat tinggal, Rumah Keluarga Tjhia juga menjadi pusat berkumpulnya keluarga dan pelestarian tradisi turun-temurun. Salah satunya adalah pembuatan choi pan, sejenis pangsit Tionghoa berbentuk setengah lingkaran dengan berbagai isian. Masyarakat lokal mengakui bahwa choi pan buatan keluarga Tjhia memiliki cita rasa yang khas. Namun, sayangnya, choi pan ini tidak dijual pada perayaan Imlek. Mungkin suatu saat nanti, pengunjung bisa kembali ke sini untuk menikmati kelezatan choi pan dan menyaksikan parade Tatung yang merupakan bagian dari tradisi Imlek di Singkawang.
Rumah Tua Keluarga Tjhia bukan hanya sekadar bangunan tua, tetapi juga sebuah jendela untuk melihat masa lalu, serta menjadi simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Singkawang. Sebagai bagian dari warisan sejarah dan kebudayaan, rumah ini mengajarkan kita untuk menghargai dan melestarikan nilai-nilai luhur yang ditinggalkan oleh para leluhur, serta menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus merawat dan memperkaya warisan budaya yang ada.