Setelah dibakar, abu jenazah kemudian dibawa ke Candi Brahu untuk disucikan sebelum akhirnya dilarung.
Sayangnya, setelah diteliti ulang, tidak ditemukan bukti autentik bahwa Candi Brahu pernah digunakan sebagai tempat pembakaran mayat.
BACA JUGA:Sejarahnya Mirip Tembok Besar Riongkok, Begin Muasal Tembok Hadrian Peninggalan Romawi
BACA JUGA:Perjalanan Spiritual Sunan Drajat, Keajaiban dan Peninggalan Bersejarah di Lamongan
Cerita yang menguatkan asumsi tersebut sebenarnya berhubungan dengan nama tempat tersebut.
Candi Brahu dianggap berasal dari kata ‘bra’ yang berarti brawijaya atau raja, dan ‘hu’ yang berarti abu. Jadi, Brahu diartikan sebagai ‘abu raja’.
Namun, ada kisah lain yang menyebutkan bahwa nama Brahu muncul saat candi ditemukan bersamaan dengan penemuan prasasti tembaga ‘Alasantan’ yang dibuat pada 861 Saka atau sekitar 9 September 939 M oleh Raja Mpu Sindok dari Kahuripan.
Dalam prasasti itu disebutkan bahwa nama tempat tersebut adalah ‘warahu’, yang berarti tempat suci.
BACA JUGA:Mengenal Sejarah dan Fakta Menarik Mengenai Wayang Kulit
BACA JUGA:10 Dinasti Cina yang Membentuk Peradaban dan Kebudayaan Dunia Paling Bersejarah
Sehingga, dari sinilah kemudian muncul nama Brahu. Terlebih lagi, candi ini merupakan candi Buddha yang didukung oleh penemuan arca-arca Buddha saat pertama kali digali.
Candi Brahu memiliki perbedaan dengan candi-candi lain yang umumnya ditemukan.
Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu bata dan tidak memiliki relief seperti Candi Borobudur karena batu bata yang lebih sulit dibuat relief.
Keunikan lainnya terletak pada bentuk bangunannya. Candi ini menghadap ke arah barat dengan bentuk dasar persegi panjang seluas 18×22,5 meter dan tingginya mencapai sekitar 20 meter.
BACA JUGA:Mengulik 7 Fakta Menarik Tentang Wayang Kulit yang Menyimpan Kisah Bersejarah di Dalamnya
BACA JUGA:Sejarah Emas Pulau Sumatra, Anugerah Jadi Petaka