PAGARALAMPOS.COM - Penyebaran agama Islam di wilayah Gunung Kidul tidak lepas dari perjuangan Sunan Kalijaga, salah satu wali tanah Jawa. Sunan Kalijaga konon mengembara di Gunung Kidul. Salah satunya terletak di Kapanewong Phangan.
Ada dua masjid di Kapanewong yang diyakini sebagai tempat Sunan Kalijaga menyebarkan ilmunya. Salah satunya Masjid Sunan Kalijaga di Padukkhan Blimbing, Desa Girisekar, Kecamatan Phangan, Provinsi Gunung Kidur. Masjid ini jelas berbeda dengan masjid pada umumnya.
Sesuai dengan namanya, masjid ini konon merupakan peninggalan Sunan Kalijaga. Oleh karena itu ia dianggap sudah cukup tua. Mantan penghuni dan takmir masjid, Marjiyo (68 tahun), mengatakan, berdasarkan keterangan yang diterima, bangunan pertama yang dibangun bukanlah masjid melainkan Tajuk.
BACA JUGA:Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia Setelah Nabi Muhammad, Begini Sejarah dan Karya Ishaac Newton
BACA JUGA:Membongkar Konstruksi Sejarah Besemah, Punya Hubungan dengan Fakta dan Mitos Atung Bungsu
Tajuk merupakan bangunan kecil untuk beribadah, bahannya terbuat dari anyaman bambu. “Dibangun kurang lebih pada tahun 500 Masehi," tutur dia. Tajuk didirikan oleh Sunan Kalijaga untuk tempat beribadah Ki Ageng Pemanahan.
Ternyata, selain Tajuk juga ada sebuah sumur yang letaknya di sebelah selatan Tajuk. Dua bangunan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal masjid Sunan Kalijaga.
Ki Ageng Pemanahan atau yang memiliki nama muda Ki Bagus Kacung berada di wilayah tersebut sedang menjalankan semedi atau tapa untuk mencari petunjuk mengenai wahyu keraton atas arahan Sunan Kalijaga. "Konon beliau sering menjalankan rutinitas bertapa di sebuah bukit," kata dia.
Ki Ageng Pemanahan sering bertapa di bukit yang mulanya bernama Kembang Semampir. Dan Tajuk yang dibangun Sunan Kalijaga ini digunakan oleh Ki Ageng Pemanahan untuk beribadah ketika waktu ibadah tiba.
BACA JUGA:Menjelajah Sejarah Perkembangan Emas di Sumatera Sejak Zaman Belanda
BACA JUGA:Mengulik 7 Fakta Menarik Tentang Wayang Kulit yang Menyimpan Kisah Bersejarah di Dalamnya
Letak Tajuk berjarak sekitar beberapa ratus meter dari dari lokasi bertapa yang kini dikenal dengan sebutan Kembanglampir. Kini Kembang Lampir juga menjadi tempat petilasan yang sering dikunjungi untuk berziarah Lambat laun, warga sekitar kemudian memanfaatkan Tajuk tersebut.
Warga merawat peninggalan Sunan Kalijaga itu dari generasi ke generasi.Dan pada zaman penjajahan Belanda kubah Tajuk sempat hilang.
Hilangnya kubah Tajuk berbahan tanah liat tersebut diakibatkan oleh perbuatan orang-orang Belanda.Kubah hilang tanpa diketahui keberadaannya usai Tajuk dibakar oleh penjajah.
Konon, ketika Belanda hendak menghakimi orang yang dianggap bersalah, setiap kali bersembunyi di dalam Tajuk selalu selamat. Melalui mata-mata Belanda, barulah diketahui bahwa tempat persembunyiannya berada di dalam Tajuk.