Wong ini adalah tokoh-tokoh manusia seperti ksatria dan dewa, sementara buta adalah makhluk mitos seperti naga, burung, atau hewan lainnya.
Setiap karakter pun akan membawa pesan moral dan filosofi yang mendalam, yang memberikan nilai pada sebuah cerita yang ditampilkan.
4. Dalang sebagai Sutradara Hidup
BACA JUGA:Uniknya Pajak dalam Sejarah Manusia, dari Urine hingga Janggut
BACA JUGA:Penemuan Zaman Kuno Sekarang Masih Kita Gunakan, Ternyata Sejarahnya Seperti Ini
Pentas wayang kulit tidak mungkin dimainkan tanpa seorang dalang yang menguasai seni ini.
Dalang bukan hanya seorang pengendali boneka, tetapi juga pengisi suara, pengarah cerita, dan sering kali seorang penyair.
Para dalang akan menghadirkan pertunjukan dengan memadukan keahlian multitasking yang luar biasa. Mereka bisa membawakan cerita-cerita kuno menjadi hidup dan diterima bagi penonton pada setiap kalangan.
5. Gamelan sebagai Pendamping Setia
BACA JUGA:Ini Alasan Mesopotamia Tempat Lahirnya Peradaban, Ternyata Begini Jejak Sejarahnya
BACA JUGA:Sejarah Yakuza di Kekaisaran Jepang, Benarkah Asal Usulnya Samurai
Pentas wayang kulit selalu ditemani oleh musik gamelan, yang merupakan sebuah ansambel musik tradisional Indonesia.
Instrumen-instrumen seperti gong, kendang, saron, dan slenthem bersatu dalam harmoni cerita yang disampaikan dalang.
Musik gamelan tidak hanya memberikan nuansa dramatis pada pertunjukan, tetapi juga memainkan peran penting dalam membangun suasana dalam cerita.
6. Pesan Moral yang Tersembunyi
BACA JUGA:Strategi Perang Kuno dalam Sejarah Dunia, Bikin Kaget Dahulu Ada Bom Ular Berbisa