"Jumlah anak-anak, jumlah hewan sebanyak ini—ini akan menjadi investasi besar-besaran untuk kepentingan negara."
El Nino Petaka Peru Sejak era Chimu
Peru modern pernah mengalami hujan ekstrem kala El Nino datang kembali pada 1997 dan 1998. Situs meteorologi Tiempo, El Nino ini berdampak pada masyarakat dan mayoritas sektor utama Peru yang rusak parah.
Hujan deras menghujani Peru dari Desember 1997 hingga April 1998. Sungai utama di pesisir meluap dan menimbulkan banjir, terutama di pesisir utara.
Malapetaka iklim serupa inilah yang kemungkinan juga dialami oleh masyarakat Chimu di Peru kuno. Kota kuno Chan Chan ditopang oleh sistem irigasi dan perikanan pesisir yang dikelola dengan hati-hati.
BACA JUGA:Ragam Indonesia! Inilah Sejarah Peradaban Suku Dayak di Kepulauan Kalimantan
Sistem pengairan seperti ini bisa kacau jika suhu laut lebih tinggi atau hujan deras yang terus menerus.
El Nino bisa berdampak lebih parah lagi. Pada abad ke-15, menurut Prieto dan rekan-rekannya dalam sebuah penelitian, kekacauan yang dialami masyarakat Chimu juga didorong oleh stabilitas politik dan kondisi perekonomian kerajaan mereka.
Oleh karena itu, para pendeta dan pemimpin mereka mungkin memerintahkan pengorbanan massal. Upaya ini adalah cara putus asa mereka demi membujuk dewa menghentikan hujan dan kekacauan.
Anak-anak yang dikubur diperkirakan berusia antara empat dan 14 tahun. Jenazah mereka dalam posisi menghadap ke laut. Beberapa di antaranya masih memiliki kulit dan rambut.
BACA JUGA:Sejarah dan Kebesaran Kesultanan Deli, Warisan Islam di Sumatera Utara
Feren Castillo, arkeolog dari National University of Trujillo, mengatakan mungkin masih banyak lagi kuburan kurban anak-anak yang dapat ditemukan di Peru, khususnya Huanchao.
"Ini tidak dapat dikendalikan, hal ini terjadi pada anak-anak. Di mana pun Anda menggali, di situ ada lubang lain," tuturnya di AFP pada 2019. (*)