Kasus Kerbau Mati Mendadak di Sumsel, 431 Kerbau Mati Sejak 2023

Rabu 17-04-2024,23:41 WIB
Reporter : Edi
Editor : Almi

Dari hasil pengujian laboratorium di Balai Veteriner Lampung, gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE) ditemukan pada kerbau yang meninggal.

"Dugaan awal kita adalah kerbau mati akibat keracunan, namun hasilnya negatif. Hasil uji lab menunjukkan adanya gejala penyakit Septiceimia Epizootica (SE) atau yang dikenal dengan penyakit Ngorok," ungkap Dedy.

Untuk mengatasi penyebaran penyakit ini, pihaknya telah melakukan berbagai upaya mitigasi.

Mulai dari penguburan bangkai kerbau, disinfeksi massal pada kandang kerbau, pengobatan serentak, vaksinasi, dan upaya surveilan.

BACA JUGA:Alpian Maskoni Mendaftar Sebagai Balon Walikota Pagaralam, PDI Perjuangan Tanggapi Positif

"Upaya vaksinasi saja tidak cukup. Faktor cepatnya penularan disebabkan oleh lambatnya laporan adanya bangkai kerbau dan penanganan yang kurang tepat," jelas Dedy.

Oleh karena itu, Dedy menghimbau agar para peternak segera melakukan vaksinasi kepada kerbau mereka.

"Vaksinasi pertama memang belum memberikan kekebalan tubuh pada kerbau. Oleh karena itu, vaksinasi lanjutan sangat diperlukan," tutupnya.

Kasus ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan para peternak di Sumsel. Diperlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa merugikan peternakan kerbau di daerah ini.

BACA JUGA:Siskamling Aktif, Lingkungan Aman, Ini Upaya Kelurahan Tebat Giri Indah Mewujudkan Keamanan Lingkungan!

Himbauan untuk para peternak agar lebih memperhatikan kebersihan dan kesehatan kerbau mereka juga menjadi hal yang sangat penting untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa mendatang. *

 

 

 

 

 

Kategori :