Ya gimana nggak, daun kelapa muda yang dalam bahasa Jawa disebut juga sebagai janur merupakan akronim dari “Jannah Nur” atau “Cahaya Surga”.
Nggak cuma itu, janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur“, atau yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “hari nurani”.
Filosofinya, saat lebaran, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.
Selain itu, pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri.
BACA JUGA:Pesawat Hercules TNI AU Sukses Terjunkan Bantuan di Gaza
Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.
Sementara itu, beras dimaknai sebagai nafsu duniawi.
Nggak ketinggalan, bentuk segi empat ketupat yang begitu khas menggambarkan prinsip “kiblat papat, limo pancer (empat arah, satu pusat)”, yang memiliki makna “ke mana pun manusia melangkah, pasti akan kembali pada Allah”.
Bentuknya yang punya empat sisi itu juga melambangkan empat macam nafsu dasar manusia, yaitu amarah (emosi), lawamah (lapar dan haus), sufiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang bagus atau indah), dan muthmainah (memaksa diri).
BACA JUGA:Perang Versus Ukraina, Rusia Terjunkan MBT Tanpa Awak, Persenjataannya Seperti Ini
Keempat nafsu dasar ini dikendalikan saat puasa.
Dengan memakan ketupat saat lebaran, seseorang sudah dianggap mampu menahan nafsunya.
Secara keseluruhan, makna ketupat adalah nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.
Wah, berat juga maknanya ya! Sejak disebarkan oleh Sunan Kalijaga, tradisi membuat ketupat saat lebaran pun terus dilakukan hingga saat ini.
BACA JUGA:Rusia Ciptakan Amunisi Anti Tank Generasi Terbaru, Begini Kekuatannya
Bahkan nggak hanya masyarakat Jawa saja yang membuat ketupat, tetapi juga masyarakat di luar Jawa.