Tujuan dari pemberian longkangan benteng tersebut untuk digunakan sebagai pelataran bagian dalam di mana prajurit dapat berjaga.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai Dari Masa Kejayaan Hingga Runtuhnya Kerajaan Kutai
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kerajaan Kutai Dari Pertama Berdirinya Hingga Masa Runtuhnya Kerajaan
Sedangkan pada sisi luar, terdapat parit yang dalam atau disebut jagang, diberi pagar bata dengan tinggi satu meter, dan ditanami pohon gayam sebagai peneduh.
3. Adanya lima pintu masuk dengan namanya masing-masing
Dilansir laman Kraton Jogja, desain benteng yang dirancang oleh Pangeran Mangkubumi berbeda dengan desain milik benteng-benteng kerajaan Mataram Islam sebelumnya.
Pangeran Mangkubumi belajar dari jatuhnya ibukota Mataram-Kartasura ke tangan pemberontak saat peristiwa Geger Pacina atau Perang Cina di tahun 1740-1743.
Hanya terdapat lima gerbang sebagai sarana keluar masuk benteng Keraton Jogja.
Sedangkan pintu dalam Keraton Kartasura yang memiliki jumlah yang banyak dan tersebar di mana-mana sehingga dengan mudah dimasuki musuh.
BACA JUGA:Perjalanan Sejarah, Jejak Kerajaan di Tengah Kehidupan 5 Suku Sulawesi Utara
BACA JUGA:Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah 600 Tahun di Bawah Galian Hotel Mewah
Nah, untuk pintu dari benteng Keraton Jogja ini disebut dengan plengkung karena bagian atas pintu yang bentuknya melengkung sehingga dinamai plengkung.
Tiap plengkung terdapat jembatan gantung yang dapat ditarik ke atas sehingga kondisinya tertutup dan jalan ke dalam benteng terhalang jagang.
Awalnya kelima plengkung dibuka dari pukul 06.00-18.00 tapi kemudian dilonggarkan menjadi pukul 05.00-20.00 dan jam buka tutupnya ditandai dengan bunyi genderang dan terompet dari prajurit di Kemagangan.
Masing-masing pintu memiliki nama, yakni:
BACA JUGA:Gali Hotel! Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah di Bawah Hotel!
BACA JUGA:Keragaman Suku Bangsa Arab, Simak Sejarah dan Kisah Pertemuan dengan Rasulullah SAW