Mengulik 4 Fakta Menarik dan Sejarah Benteng Kraton Jogja yang Jarang Diketahui

Kamis 02-05-2024,18:54 WIB
Reporter : Elis
Editor : Almi

PAGARALAMPOS.COM  - Benteng Keraton Jogja merupakan bangunan utama perlindungan  dari serangan musuh.

Keraton Ngogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta  didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti  tahun 1755. Lokasi keraton ini konon merupakan sebuah wisma tua bernama Garjitawati.

Bentuknya seperti persegi panjang, dengan  luas lebih banyak ke arah timur. Keraton Ngogyakarta dikelilingi oleh dua buah benteng.

Baluwarti merupakan benteng luar keraton dan Beteng Cepuri merupakan benteng dalam yang mengelilingi langsung kompleks keraton Jogja pusat.Keberadaan Benteng Keraton Jogja masih utuh, terutama baluwarti yang banyak dilihat orang dari luar benteng.

BACA JUGA:Perjalanan Sejarah, Jejak Kerajaan di Tengah Kehidupan 5 Suku Sulawesi Utara

BACA JUGA:Arkeolog Berhasil Temukan Kastil Bersejarah 600 Tahun di Bawah Galian Hotel Mewah

Benteng keraton dari timur ke barat memiliki panjang 1200 meter, sedang arah utara ke selatan 940 meter.

1. Kata benteng yang merupakan serapan kata Bahasa Portugis
Pernah penasaran gak, kenapa benteng disebut 'benteng'? Menurut laman Kraton Jogja, benteng dalam keraton awalnya disebut dengan baluwarti.

Baluwarti adalah serapan kata dalam bahasa Portugis, yakni baluarte yang artinya benteng.

Anggapan bahwa penyebutan baluwarti memiliki kesamaan bunyi dengan kata baluarte ini semakin dikuatkan dengan tahun pembangunannya yang sama Tamansari.

BACA JUGA:Sejarah dan Kebudayaan Suku Bangsa Arab di Era Rasulullah

BACA JUGA:Dari Bertukar Barang hingga Transaksi Digital, Begini Sejarah dan Perkembangan Uang

Dan kedua bangunan tersebut dibangun oleh oleh seorang arsitek berkebangsaan Portugis, lho!                

2. Bentuk awal benteng keraton yang terbuat dari gelondong kayu
Benteng Keraton Jogja tak serta merta berbentuk seperti sekarang.

Awalnya, benteng dibuat dari jajaran dolog atau gelondong kayu yang kemudian diperkuat sampai memiliki ketebalan dua batu (setara lebar 55 cm) dan longkangan selebar 2,4 meter yang diurug menggunakan tanah hasil galian jagang (parit) setinggi 3,7 meter dari permukaan tanah awal.

Kategori :