Ia mengakui bahwa ada penambang yang melakukan tindakan ilegal, namun kerusakan lingkungan yang terjadi jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan mereka.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa tindakan khusus harus diambil untuk mempertanggungjawabkan dan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih luas.
Selain itu, Asep juga menyoroti keterlibatan aparat penegak hukum (APH) dalam kasus ini.
Ia menyatakan bahwa ada beberapa APH yang terlibat dalam penambangan timah ilegal, yang pada akhirnya menguntungkan pihak-pihak tertentu dan merugikan negara serta masyarakat.
BACA JUGA:Mengungkap Misteri Harimau Jawa yang Masih Hidup di Hutan Angker Jateng!
Meskipun mengungkapkan berbagai permasalahan dan keterlibatan 'untouchable men', Asep Maryono menegaskan bahwa mutasinya tidak ada hubungannya dengan apa yang telah ia ungkapkan.
Ia yakin bahwa penerusnya, Mohammad Teguh Darmawan, yang akan menjadi Kajati Babel berikutnya, lebih memahami situasi dan kondisi di Bangka Belitung.
Asep berharap masyarakat Bangka Belitung dapat mendukung Mohammad Teguh Darmawan dalam melaksanakan tugas barunya.
Dengan demikian, diharapkan masalah pertambangan timah ilegal dan keterlibatan 'untouchable men' dalam kasus ini dapat segera ditangani dengan baik untuk kepentingan negara dan masyarakat.
BACA JUGA:Sejahterahkan Masyarakat dan Prajurit, TNI AD Gelar Bazar Ramadhan
Dengan demikian, kasus pertambangan timah ilegal di Bangka Belitung menjadi sorotan karena mengungkap keterlibatan 'untouchable men' yang selama ini tidak tersentuh hukum.
Masalah ini menunjukkan kompleksitas dan tantangan dalam penegakan hukum serta perlindungan lingkungan di Indonesia. *