Didik akhirnya diantarkan oleh orang yang memotret wujud harimau jawa itu. Dalam foto itu terlihat seekor harimau besar yang sedang berjalan.
BACA JUGA:Sejarah dan Kebudayaan Suku Bangsa Arab di Era Rasulullah
BACA JUGA:Dari Bertukar Barang hingga Transaksi Digital, Begini Sejarah dan Perkembangan Uang
Didik mengatakan foto tersebut diambil pada September 2018. Sementara dia datang ke sana pada 3 Desember 2018.
Hutan itu dianggap angker oleh masyarakat sekitar. Adapun habitat harimau jawa itu berada di jutan jati dengan sedikit titik hutan alam yang dianggap angker oleh warga sekitar.
"Di situ masih ada ular piton, ada burung merak. Ada babi hutan dan sedikit monyet," sambung dia.
Sementara itu di bagian lain hutan itu ada lahan yang ditanami jagung dan palawija dengan sistem magersari.
BACA JUGA:Mengungkap Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai Dari Masa Kejayaan Hingga Runtuhnya Kerajaan Kutai
BACA JUGA:Mengenal Sejarah Kerajaan Kutai Dari Pertama Berdirinya Hingga Masa Runtuhnya Kerajaan
Dengan demikian ruang hidup antara manusia dan harimau jawa menjadi bercampur.
Menurut Didik, hutan habitat harimau jawa itu kini menghadapi ancaman ekspansi perusahaan. Warga setempat sempat menolak bila hutan itu dijadikan tambang.
Dalam pandangan pengikut aliran kebatinan Jawa, harimau dihormati sebagai simbah.
Komunitas spiritual itu disebut turut menjaga harimau dalam kesunyian.