Hancurnya Kota 'Maksiat'. Ini Penyebab Musnahnya Warga Pompeii Kota Kuno di Romawi

Rabu 03-04-2024,17:01 WIB
Reporter : Devi
Editor : Bodok

BACA JUGA:Sidoarjo Mempesona! Inilah 7 Tempat Wisata Hits yang Wajib Dikunjungi!

Satu-satunya saksi mata yang menjadi sumber tepercaya dalam bencana alam ini ialah Plinius Muda, yang mengirimkan surat kepada sejarawan Tacitus.

Para peneliti yang mempelajari sisa-sisa manusia dari Pompeii berhasil mengungkap informasi genetika dari tulang seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terkubur 2.000 tahun lalu ketika kota Romawi itu ditenggelamkan abu vulkanik.

"Genom manusia Pompeii" pertama ini adalah seperangkat "instruksi genetika" yang hampir lengkap dari para korban, terkode dalam DNA yang diekstraksi dari tulang mereka.

DNA manusia kuno itu terawetkan dengan sangat baik dalam jasad yang terbungkus abu yang mengeras seiring waktu.

BACA JUGA:Berlibur ke Lubuk Linggau Belum Afdol Kalo Belum Berkunjung ke 5 Destinasi Wisata Hits Ini!

Kedua orang itu pertama kali ditemukan pada 1933, di tempat yang oleh para arkeolog Pompeii disebut Casa del Fabbro, atau The Craftsman's House.

Saat ditemukan, posisi kedua jasad telungkup di sudut ruang makan, seolah-olah mereka sedang makan siang ketika letusan terjadi - pada 24 Agustus tahun 79 M. 

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa awan abu dari letusan Gunung Vesuvius dapat mematikan bagi penduduk kota dalam waktu kurang dari 20 menit.

Kedua korban yang dipelajari para peneliti, menurut antropolog Dr Serena Viva dari University of Salento, tidak berusaha melarikan diri.

BACA JUGA:Berlibur ke Lubuk Linggau Belum Afdol Kalo Belum Berkunjung ke 5 Destinasi Wisata Hits Ini!

"Dari posisi [tubuh mereka] tampaknya mereka tidak melarikan diri," kata Dr Viva kepada BBC Radio 4's Inside Science. "Penyebab mereka tidak melarikan diri bisa jadi ada hubungannya dengan kondisi kesehatan mereka."

Sekarang, petunjuk telah terungkap dalam penelitian terbaru terhadap tulang-belulang mereka.

"Semuanya tentang pengawetan kerangka," jelas Prof Gabriele Scorrano, dari pusat GeoGenetics Lundbeck di Kopenhagen, yang memimpin penelitian tersebut.

"Itu hal pertama yang kami lihat, dan itu tampak menjanjikan, jadi kami memutuskan untuk mencoba [ekstraksi DNA]."

BACA JUGA:Wisata Hits Jogja Tahun 2024, 6 Lokasi Ini Wajib Kamu Kunjungi Untuk Melepas Penat

Kategori :