Pemerintah kolonial Belanda kemudian mengambil langkah untuk memugar bendungan ini, dengan NV Eschauzier Concern—perusahaan asal Den Haag Belanda—sebagai pelaksana revitalisasi.
Hasilnya, tidak hanya struktur dam yang diperkuat, tetapi juga pelestarian arca Dewa Kala sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan kepercayaan lokal.
Dam Candi Limo kini tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur pertanian, tetapi juga sebagai monumen sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, mengingatkan kita akan kebesaran dan kearifan Majapahit yang masih relevan hingga hari ini.
Keberadaannya adalah bukti nyata dari warisan budaya yang berharga dan harus dijaga dengan baik oleh generasi mendatang.
BACA JUGA:Peran Gunung Penanggungan dalam Kerajaan Majapahit, Jadi Pusat Orientasi Spiritual dan Politik?
Dengan memahami nilai sejarah dan fungsi praktisnya, kita dapat merangkul warisan yang membanggakan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas lokal dan nasional kita.
Dam Candi Limo tetap menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjaga, menghormati, dan memelihara warisan budaya kita yang kaya.***