Meskipun demikian, dari sisi intermediasi, BPR masih menunjukkan kinerja yang positif dengan pertumbuhan kredit sebesar 8,88% year on year (yoy) dan pertumbuhan aset sebesar 6,95% yoy pada tahun 2023.
BACA JUGA:Pangeran Duyung Viral, Sensasi Baru di Dunia Hiburan Laut Tiongkok
Namun, ada kekhawatiran mengenai kualitas aset BPR yang memburuk.
Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) meningkat dari 7,89% pada tahun 2022 menjadi 9,87% pada tahun 2023.
Selain itu, BPR juga berhasil meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp158,79 triliun pada tahun 2023, yang naik 8,65% yoy.
Sebagai langkah antisipasi, OJK berencana untuk merancang peta jalan yang komprehensif untuk BPR, termasuk mengatur management risiko, governance, dan sumber daya manusia (SDM).
BACA JUGA:Lagi Teraweh, Warga Pagar Alam Digoyang Gempa Bengkulu Gunung Dempo Status Waspada
BACA JUGA:Lagi Teraweh, Warga Pagar Alam Digoyang Gempa Bengkulu Gunung Dempo Status Waspada
Dian menekankan pentingnya penyesuaian standar operasional BPR, seperti kemampuan untuk listing di bursa atau IPO, serta penyetaraan dalam sistem pembayaran.
Dengan adanya prediksi penutupan 20 BPR di tahun 2024, OJK berharap bahwa pembersihan dan perbaikan sektor BPR dapat memperkuat industri ini ke depannya.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, OJK optimis bahwa dengan upaya yang tepat, sektor BPR dapat pulih dan berkembang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. *