PAGARALAMPOS.COM - Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko menciptakan dunia bernuansa berbagai kebudayaan Asia dalam kartun serial Avatar the Last Airbender (Avatar the Legend of Aang).
Berbagai kebudayaan di dunia fiksi ini terinspirasi dari kebudayaan yang ada di Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik.
Salah satunya yang paling signifikan adalah Kuil Udara yang tersebar di empat penjuru dunia. Dalam karya yang diproduksi oleh Nickelodeon ini, Kuil Udara adalah tempat tinggal para Pengembara Udara yang memiliki kemampuan mengendalikan udara.
Kuil Udara Selatan adalah yang pertama kali ditayangkan ke penonton, sebagai tempat asal Aang sang Avatar.
BACA JUGA:Lukisan Bidadari di Dinding Benteng Kuno Sigiriya, Mitos Kota Para Dewa Srilangka
Semua Kuil Udara memiliki kemiripan dari segi arsitektur. Bangunan mereka berada di tempat ketinggian yang jauh dari keramaian. Semua kuil, kecuali Kuil Udara Barat, tinggi menjulang dari sebuah bukit. Semua atapnya menyerupai bangunan khas Asia Timur.
Foto : Ilustrasi, Kuil bak istana di Tibet.-Menakjubkan, Inilah Kuil Udara Avatar Versi Dunia Nyata, Istana Yungbulakang di Tibet-Google.com
Di dunia nyata, terdapat bangunan serupa dengan Kuil Udara Selatan, Utara, dan Timur. Bangunan tersebut adalah Istana Yungbulakang di Tibet, Tiongkok. Secara harfiah, Yungbulakang berarti "istana ibu-anak" dalam bahasa Tibet.
Sejarah Istana Yungbulakang masih melekat dengan nuansa mitos yang dipercaya oleh masyarakat. Bangunan ini diperkirakan dibangun sekitar antara abad ketujuh atau kedelapan Masehi.
Lokasinya berada di Distrik Nedong, tepatnya terletak di salah satu sisi Lembah Yarling. Di dekatnya terdapat salah satu sumber aliran Sungai Yarlung Zangbo, mengalir dari arah selatan.
BACA JUGA:Kuil Maya Devi Nepal. Saksi Bisu Peninggalan dan Ajaran Buddha
Konon, menurut tradisi masyarakat Tibet, Istana Yungbulakang dibangun untuk Nyatri Tsenpo, raja pertama Tibet yang diklaim turun dari langit bersama neneknya ke gunung suci Yarlha Shampo.
Masyarakat meyakini, Nyatri Tsenpo berkuasa sejak 127 SM, namun tidak diketahui kapan pastinya kekuasaannya berakhir.
Pasalnya, raja ini diyakini adalah entitas yang tidak dapat mati, kemudian pergi lagi ke langit oleh seutas tali yang sebelumnya membuatnya turun ke bumi. Kenaikan takhtanya menjadi perayaan tahun pertama kalender Tibet, Losar.
Disebutkan dalam salah satu legenda bahwa sutra Buddha sempat jatuh dari langit dan menimpa atap Yungbulakang.