Jejak Manusia Purba di Jambi, Penghuni Goa di Bukit Bulan

Jumat 15-03-2024,23:24 WIB
Reporter : Gusti
Editor : Bodok

BACA JUGA:Film Megalodon The Meg, Ternyata Hewan Purbakala Ini Masih Belum Punah!

Keyakinan ini bagai divalidasi oleh Ruly ketika melakukan penelitian arkeologi di sana. Dia tidak hanya menemukan cadas, tetapi juga berbagai temuan fisik berupa fragmen tulang jari manusia dan ragam perkakas, termasuk tembikar.

Kebanyakan situs prasejarah yang ditemukan berada di bagian barat karst Bukit Bulan, tepatnya di Desa Napal Melintang.

Satu di antaranya adalah Gua Mesiu yang menunjukkan jejak hunian dari 6.600 (Pra-Neolitik) hingga 1.700 (Neolitik) tahun yang lalu.

Penghuni Bukit Bulan Purbakala

Ada beberapa desa yang berada di sekitar Bukit Bulan. Semuanya digabungkan sebagai Margo Bukit Bulan. Kawasan ini menjadi rumah bagi Suku Batin, Melayu Jambi, Suku Anak Dalam, dan pendatang.

BACA JUGA:Sejarah Harta Karun Purbakala di Situs Gunung Padang Cianjur Jawa Barat

"Alam membentuk karakter budaya mereka," kata Ruly. Bentang alam Bukit Bulan yang keras membuat manusia harus beradaptasi dengan ruang tempat bertinggal.

Penyesuaian ruang ini sudah berlangsung sejak manusia prasejarah, berkat medan karst yang menghasilkan gua untuk peradaban purbakala bertempat tinggal.

Berdasarkan pengamatan Ruly dan tim, penduduk prasejarah yang tinggal bukanlah masyarakat pertanian. Tidak ada dataran yang cukup luas untuk kegiatan agrikultur.


Foto : Temuan siss peradaban di Goa Bukit bulan, Jambi.-Jejak Hunian Kuno di Goa Bukit Bulan Jambi, Peradaban Manusia Purba 6.000 Tahun Silam-Google.com

Kalau dilihat dari elemen-elemennya menunjukkan bahwa penghuninya masyarakat Austronesia, namun ada yang menarik dari Bukit Bulan," ungkap Ruly.

BACA JUGA:Keajaiban Gunung Padang, Temuan Purbakala dan Misteri Harta Karun yang Membuka Pintu Sejarah

Ada ketidaksesuaian dengan teori arkeologi yang mengungkapkan bahwa migrasi penutur Austronesia ketika sampai di kepulauan Indonesia.

Namun, di Bukit Bulan menunjukkan bahwa penduduk purbakalanya mungkin lebih menonjol dengan kebudayaan perburuan. "Dia semacam pola yang benar-benar bisa dicerminkan oleh masyarakat sekarang," lanjut Ruly.

Tapi kalau kita lihat sekarang kan, ada beberapa suku di Indonesia yang masih mempraktikkan perburuan. Meskipun dia juga bercocok tanam, tapi enggak terlalu intens. Kira-kira apa ya yang menyebabkan mereka seperti itu?"

Kategori :