Mata pencaharian mayoritas Suku Akit berasal dari sektor laut, di mana mereka bekerja sebagai nelayan menggunakan kapal motor atau sampan.
Di sektor pertanian, mereka menanam padi yang seluruh hasil panennya dikonsumsi sendiri, meskipun petak lahannya tidak begitu besar.
Bahasa Akit
Suku Akit memiliki bahasa sendiri yang menggunakan dialek Akit, atau disebut juga bahasa Akit.
Bahasa ini masih berdekatan dengan bahasa Melayu.
Namun, seiring berjalannya waktu dan pergeseran zaman, bahasa Akit terpapar oleh kebahasaan yang berbeda pula.
Meski demikian, bahasa Akit masih bisa bertahan sampai sekarang sebagai produk budaya yang bersifat fleksibel dan dinamis.
Menurut situs kemdikbud.go.id, saat ini penutur bahasa Akit tersebar di beberapa wilayah, dan pemerintah terus mengupayakan untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa ini.
Sifat Gotong Royong yang Besar
Dalam hubungan sosial, Suku Akit memiliki sifat dan rasa kerja sama atau gotong royong yang cukup tinggi, meskipun berbeda golongan dari segi etnis atau kepercayaan.
BACA JUGA:Misteri Sacsayhuamán, Jejak Astronomi Kuno Suku Inca yang Mengejutkan di Pegunungan Andes
Mereka saling membantu satu sama lain dalam mengelola hasil alam, seperti buah kelapa atau durian. Dalam pembagian warisan, Suku Akit memiliki cara unik yaitu dengan cara dibeli.
Siapa yang dapat membuka lahan secara luas, maka itulah yang dianggap memiliki kekuasaan besar atas tanah tersebut.
Tantangan dan Upaya Pelestarian