Putra Linggabuana Wisesa yang bernama Niskala Wastu Kancana yang tidak ikut dalam rombongan diberi kehormatan sebagai raja bergelar Prabu Siliwangi, yang berarti keturunan raja yang harum namanya.
Pada perjalanan sejarahnya, Prabu Siliwangi inilah yang kemudian tercatat sebagai salah satu raja paling terkenal, dalam sejarah Indonesia dan sejarah Kerajaan Pajajaran.
Semenjak itu pula, hubungan diplomatik Kerajaan Sunda - Majapahit tak pernah pulih.
Bahkan seluruh hubungan diplomatik Sunda - Majapahit diputus total sejak pemerintahan Prabu Siliwangi.
BACA JUGA:Kesaktian Prabu Siliwangi Bentengi Gempuran Majapahit, Ternyata Raja Ini Miliki Senjata Sakti
Bahkan konon ada satu kisah yang tertuliskan di Prasasti Horren, yang ditemukan di wilayah Kediri selatan.
Jika sekarang tepatnya berada di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung. Wilayah Horren ini merupakan salah satu wilayah penting Kerajaan Majapahit kalau itu.
Prasasti yang ada di atas lembar keping tembaga berukuran panjang 32,6 sentimeter dan lebar 10,6 sentimeter, yang dikeluarkan pasca Perang Bubat tahun 1357.
Pada prasasti tersebut mencatat perihal serangan Kerajaan Sunda, yang menghancurkan wilayah Horren yang merupakan wilayah penting di Majapahit.
Prasasti tersebut dikeluarkan pasca Perang Bubat pada tahun 1357, dan oleh peneliti sejarah asal Belanda W.F. Stutterheim pun memiliki persepsi bahwa selepas Perang Bubat, Kerajaan Sunda melakukan serangan terhadap Majapahit.
Tetapi tidak dijelaskan waktu itu Sunda di bawah pemerintahan Prabu Bunisora Suradipati atau Niskala Wastu Kancana.
Stutterheim berpendapat bahwa serangan Sunda itu dilakukan dengan teknik senyap, dan langsung menyasar pada jantung kota raja Majapahit.
Mengingat tentara Sunda mendarat dengan tiba-tiba di Horren, yaitu di wilayah utara Kadiri, yang letaknya tak terlalu jauh dari kota raja Majapahit. Suatu wilayah yang sekarang dikenal dengan nama Trowulan.
Pendapat tersebut memang bisa diterima logika, serangan Sunda bisa meluluhlantakkan wilayah Horren, karena Hayam Wuruk mempensiunkan Mahapatih Amangkubhumi Gajah Mada secara halus.