Batu ini menarik perhatian peneliti, terutama karena kemiripannya dengan kujang. Beberapa peneliti, seperti Erick Rizky dan DR Ali Akbar, berpendapat bahwa batu ini merupakan artefak buatan manusia zaman lampau.
Mereka mengatakan bahwa permukaan batu ini dipangkas dan digosok hingga halus, sesuai dengan teknik pembuatan yang dikenal oleh masyarakat prasejarah.
BACA JUGA:Inidiah Pesona Gunung Geulis Bogor, Indonesia, Destinasi Pilihan yang Wajib Anda Kunjungi Saat Imlek
Namun, pendapat ini tidak diterima secara universal oleh ahli arkeologi dan geologi di luar tim tersebut.
Beberapa ahli, seperti DR Danny Hilman dan DR Andi Arief, berpendapat bahwa batu ini merupakan hasil alamiah, bukan buatan manusia.
Mereka mengatakan bahwa bentuk batu ini terbentuk secara alami oleh proses erosi dan pelapukan. Mereka juga menyangkal adanya hubungan antara batu ini dengan kujang.
Gunung Padang sebagai Bukti Peradaban Kuno?
BACA JUGA:Mengulik Fakta Menarik Gunung Leuser yang Miliki Keunikan dan Cerita Mistis yang Penuh Makna
Tim Terpadu Riset Mandiri, yang melakukan penelitian di Gunung Padang sejak tahun 2011, mengajukan hipotesis yang menggemparkan.
Mereka mengatakan bahwa situs ini merupakan bukti adanya peradaban kuno yang maju di Indonesia sejak 11.000 tahun lalu.
Mereka mengklaim bahwa situs ini dibangun oleh leluhur bangsa ini dengan menggunakan teknologi yang canggih.
Mereka berdasarkan pada hasil pemindaian geolistrik, radar, dan sonar yang menunjukkan adanya struktur bawah tanah di situs ini.
BACA JUGA:Wisata yang Ikonik! Mari Berlibur ke Gunung Gupak yang Suguhkan Wisata Instagramable
Mereka menduga bahwa di bawah teras-teras yang terlihat, terdapat sebuah bangunan besar yang sengaja ditimbun dengan cara mendirikan bangunan lain di atasnya.
Mereka juga menduga bahwa bangunan ini memiliki fungsi sebagai reaktor pembangkit tenaga hidro-elektrik yang berusia 13.000 hingga 23.000 tahun sebelum Masehi.
Hipotesis ini mendapat dukungan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang menyatakan bahwa Gunung Padang muncul ribuan tahun sebelum Masehi dan memiliki nilai sejarah yang lebih besar daripada Candi Borobudur.