PAGARALAMPOS.COM - Gunung Padang menjadi tempat penelitian yang diperbincangkan masyarakat hingga ditemukannya reruntuhan kuno pada tahun 1979.
Penemuan reruntuhan kuno ini dilaporkan oleh seorang warga dan sejak tahun 1979 penelitian dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Badan melakukan penggalian pada anak tangga 4 dan 5 Gunung Padang.
Berdasarkan pengamatan peneliti diketahui bahwa Gunung Padang merupakan situs bertingkat pundek.
BACA JUGA:SERU! Ini 5 Wisata Air di Lubuklinggau, Cocok Buat Uji Andrenaline Juga
BACA JUGA:Tradisi Upacara di Maluku yang Masih Kental, Unik Hingga Sekarang!
Dilansir dari Peta Budaya Belajar Kemdikbud, situs ini adalah peninggalan masa prasejarah, tepatnya zaman megalitikum atau batu besar.
Bukti bahwa Gunung Padang adalah sisa-sisa dari zaman megalitikum dapat dilihat dari tinggalan bebatuan tempat pemujaan.
Tempat pemujaan tetap berdiri tegak sampai sekarang, namun terjadi kerusakan secara internal maupun eksternal pada situs ini.
Kerusakan internal Gunung Padang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan liar dan erosi.
BACA JUGA:Peran Sultan Trenggana dalam Kemajuan Militer dan Ekspansi Kesultanan Demak di Nusantara
Sementara kerusakan eksternal disebabkan oleh aktivitas wisata yang tidak terkendali, aksi vandalisme, dan batu yang diduduki atau dipukul.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan banyak dari batu punden menjadi aus, lepas, miring, retak, patah, bahkan jatuh ke lereng dan kaki bukit.
Gunung Padang ternyata tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.