Pendapat ini juga didukung oleh Thomas Stamford Raffles, yang setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu.
Migrasi dan Perantauan
Suku Malayu Minangkabau memiliki tradisi migrasi dan perantauan yang kuat, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor geografis, ekonomis, sosial, politik, dan religius.
Faktor geografis meliputi kondisi alam Minangkabau yang berbukit-bukit dan berhutan, sehingga menyulitkan pertanian dan perdagangan.
Faktor ekonomis meliputi keinginan untuk mencari penghasilan dan kekayaan yang lebih besar di luar daerah.
BACA JUGA:Ini Asal-Usul dan Kekayaan Budaya Suku Sikumbang di Minangkabau, Diantaranya Miliki Bela Diri ini!
Faktor sosial meliputi adat matrilineal yang memberikan hak waris kepada perempuan, sehingga laki-laki harus berusaha mandiri.
Faktor politik meliputi konflik dan persaingan antara kerajaan-kerajaan di Minangkabau, seperti Pagaruyung, Inderapura, dan Dharmasraya.
Faktor religius meliputi penyebaran Islam yang membawa misi dakwah dan jihad.
Migrasi dan perantauan suku Malayu Minangkabau dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode kuno dan periode modern.
BACA JUGA:Ini Arti Dari Lampek Empat Merdike Due, Pengadilan Adat Dari Suku Besemah Kuno!
Periode kuno dimulai sejak abad ke-7 hingga abad ke-16, yang ditandai dengan berdirinya dan berkembangnya Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu.
Pada periode ini, suku Malayu Minangkabau berperan sebagai pelopor dan pelaku perdagangan maritim di Asia Tenggara.
Mereka berlayar ke berbagai daerah, seperti India, Cina, Kamboja, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Maluku.
Mereka juga mendirikan kerajaan-kerajaan bawahan atau sekutu di daerah-daerah tersebut, seperti: