BACA JUGA:Mengulik Sejarah 2 Cerita Rakyat Kerajaan Sriwijaya yang Penuh Misteri
Pada akhir abad ke 14 M, Sriwijaya benar – benar runtuh atas serangan Majapahit.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
1. Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur berbentuk tugu segi enam tidak beraturan yang mengecil ke bagiaan atas, terbuat dari batu andesit dengan ukuran tinggi 177 cm, lebar bagian atas 19 cm, dan 32 cm di bagian bawah.
Tulisan pada permukaan prasasti terdiri dari 10 baris yang ditulis secara vertikal dalam aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Jika prasasti diposisikan berdiri maka pembacaan dimulai dari atas ke bawah sedangkan bila dalam posisi tidur tulisan dibaca dari kiri ke kanan.
Pada baris terakhir tercantum keterangan mengenai tarikh pembuatan prasasti yang menunjukkan angka tahun 608 Saka atau 28 April 686 Masehi.
BACA JUGA:Inilah 3 Hal Unik Candi Gedong Songo, Peninggalan Bersejarah Dari Kerajaan Mataram!
Prasasti Kota Kapur dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember 1892 di dekat sungai Menduk Kota Kapur, Pangkal Mundo, pantai barat Pulau Bangka, Desa Penangan, Kecamatan Mendo Darat, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung.
Prasasti ini merupakan prasasti kerajaan Sriwijaya yang pertama kali ditemukan. Berdasarkan prasasti inilah pengetahuan sejarah Sriwijaya bermula setelah para ahli melakukan penelitian terhadap isi tulisannya.
Peneliti pertama yang menganalisis prasasti ini adalah Hendrik Kern, seorang ahli epigrafi berkebangsaan Belanda. Dalam artikelnya “De Inscriptie van Kota Kapur” (1913)
Kern masih menganggap bahwa Sriwijaya yang tercantum dalam prasasti tersebut adalah nama seorang raja karena Sri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja diikuti nama raja yang bersangkutan.
BACA JUGA:Kisah Pangeran Trunojoyo Asal Madura Yang Berhianat Di Kerajaan Mataram Kuno!
Pendapat berbeda dikemukakan oleh George Coedes dalam karangannya “Le royaume de Crivijaya (1918) yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan.
Terjemahan prasasti Kota Kapur oleh Kern di mana terdapat nama Sriwijaya dan terjemahan karya I-tsing di mana terdapat transkripsi Tionghoa Shih-li-fo-shih memungkinkan Coedes menetapkan bahwa Sriwijaya adalah nama kerajaan di Sumatera.
Selain itu, Coedes juga mengemukakan pendapatnya dengan menetapkan Palembang sebagai ibu kota Sriwijaya.