Menhir Raksasa Betho Labeng tidak hanya menjadi objek sejarah, tetapi juga sarana simbolik.
BACA JUGA:Melihat 11 Wisata di Papua Barat, Menyelusuri Keindahan Alam dan Budaya yang Memukau! Ada Apa Aja?
Dengan pembagian bentuk fisik menjadi balok dan kubus, Menhir ini diduga menyimbolkan kesuburan.
Konsep dualitas antara laki-laki dan perempuan tercermin dalam representasi alat kelamin masing-masing, sejalan dengan konsep Lingga Yoni dalam kepercayaan Hindu-Buddha.
Tapal Kuda: Kebudayaan Megalitik Berkembang
Tapal Kuda, wilayah yang menjadi rumah bagi banyak situs Megalitik di Bondowoso, memperlihatkan kantong-kantong tradisi megalitik.
Dengan penanggalan dari abad VI hingga awal abad XV Masehi, terlihat bahwa kebudayaan Megalitik tetap berkembang meskipun mendapatkan pengaruh dari kepercayaan Hindu-Buddha pada masa tersebut.
BACA JUGA:Inilah 3 Merk Ban Motor Terkenal Paling Awet dan Murah
Sarkofagus di Situs Krajan, Situbondo, memberikan bukti dengan inskripsi angka tahun 1324 çaka (1402 M), menunjukkan keberlanjutan kebudayaan Megalitik pada periode tersebut.
Perhitungan Astronomi dan Pertanian
Menariknya, Menhir Betho Labeng memiliki celah yang berfungsi sebagai perhitungan astronomi yang berkaitan dengan pertanian.
Kemungkinan matahari yang dapat terlihat melalui celah tersebut menjadi penanda waktu bercocok tanam atau bahkan sebagai pertanda panen.
Inilah salah satu bukti bahwa situs Megalitik tidak hanya bermakna sebagai penanda sejarah, tetapi juga memiliki fungsi praktis dalam kehidupan masyarakatnya.
Pesona Arkeologi Bondowoso
Kabupaten Bondowoso bukan hanya destinasi wisata biasa.