Makanan yang menempel pada gigi menjadi sumber makanan bagi bakteri, yang kemudian menghasilkan asam yang dapat merusak enamel gigi.
Lubang ini, jika tidak diobati, dapat membesar dan mempengaruhi pertumbuhan gigi permanen.
BACA JUGA:Pendaki Wajib Tahu! Inilah 4 Fakta Penting Wajib Diketahui Ketika Ingin Mendaki Gunung Cikuray
Selain itu, gigi berlubang dapat menyebabkan gusi bengkak dan meningkatkan risiko penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Gingivitis (Peradangan Gusi)
Gingivitis pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan makan makanan ringan, seperti coklat dan permen, yang disebabkan oleh kebiasaan buruk menggosok gigi.
Penumpukan plak pada gigi, yang terbentuk dari sisa makanan, liur, dan bakteri, dapat menyebabkan gigi rentan terhadap peradangan.
Gejala gingivitis meliputi gusi berdarah, bengkak, dan meradang. Penting untuk segera membawa anak ke dokter gigi jika gejala ini muncul.
BACA JUGA:Eksplorasi Keindahan Alam Sumber Nah di Lumajang, Destinasi Tersembunyi Timur Jawa
Terlalu Lama Mengisap Jempol
Mengisap jempol atau titik adalah aktivitas normal pada bayi dan balita. Namun, kebiasaan ini sebaiknya dihindari begitu anak mencapai usia lima tahun, karena dapat menyebabkan keluarnya gigi bagian atas dari jalurnya.
Tekanan berulang pada gigi selama mengisap jempol juga dapat menyebabkan rahang atas dan bawah menjadi tidak sejajar.
Gigi yang Lebih Sensitif
Anak dengan gigi yang sensitif mungkin merasa tidak nyaman saat makan.
Faktor-faktor penyebab sensitivitas gigi anak meliputi adanya lubang atau rongga, pergerakan gigi, susunan rahang yang tidak normal, atau gigi yang patah.
BACA JUGA:Inilah 6 Film Horor Indonesia di November, No 2 Film Kultus Iblis Seremm