Si Pahit Lidah mengungkapkan keinginannya untuk membangun sebuah bendungan di Sungai Ketahun agar airnya meluap dan merendam Noak Musei.
Jago Setahun pun mengungkapkan rencana untuk membangun istana megah di Anggut Cawang Lekat.
Sementara itu, Bujang Semamang dalam Bulan dan Tras Benei hanya ingin menguasai wilayah tempat mereka tinggal.
Setelah perbincangan itu, mereka berpisah untuk mengerjakan rencana masing-masing.
BACA JUGA:Padahal Terletak di Cianjur, Lalu Kenapa Disebut Gunung Padang? Ternyata Begini Jawabannya
Jago Setahun dibantu kedua saudaranya, mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk membangun istananya di Cawang Lekat.
Mereka bekerja di hulu Sungai Sulup, menebang pohon dan memotong kayu.
Namun, beberapa hari kemudian, mereka mengalami bencana yang mungkin disebabkan oleh rencana Si Pahit Lidah untuk membangun bendungan yang dapat merendam wilayah Rejang.
Khawatir dengan nasib wilayah mereka, Jago Setahun memutuskan untuk menghadapi Si Pahit Lidah bersama saudara-saudaranya.
Mereka berangkat ke tempat Si Pahit Lidah bekerja di Hulu Sungai Ketahun dan melihat pekerjaannya hampir selesai.
Mereka memberitahu Si Pahit Lidah bahwa anaknya di Pagar Alam baru saja meninggal.
Takut dan terkejut, Si Pahit Lidah segera meninggalkan pekerjaannya, dan Jago Setahun berkata, "Kami juga harus menghentikan pekerjaan kami di Sungai Sulup."
Mereka meninggalkan ramuan untuk istana di Sungai Sulup dalam keadaan kayu yang sudah terpotong-potong.
BACA JUGA:Peninggalan Bersejarah Candi Arjuna yang diyakini Miliki Segelintir Kisah Menarik!
Si Pahit Lidah percaya pada berita tersebut dan berkata bahwa ramuan yang mereka tinggalkan hanya akan membentuk batu.