Di rute ini, cahaya matahari yang tembus ke tanah sangat sedikit. Pos 3 berada pada ketinggian 1.835 mdpl, namun jarang dijadikan tempat istirahat.
Sepanjang rute ini, pendaki akan melihat lumut yang menempel di batang pohon, menjadi bukti akan kurangnya cahaya matahari yang menerobos ke tanah.
BACA JUGA:HP Samsung A05: Review Lengkap dan Keunggulannya
Pos 4 dan 5 adalah bagian dari jalur pendakian yang terasa berat karena mulai mendaki dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di Pos 5, pendaki biasanya beristirahat karena terdapat sumber air yang cukup dekat.
Dari Pos 5, perjalanan dilanjutkan ke Pos 6 yang berada pada ketinggian 2.370 mdpl. Bentuk permukaan jalur ini terbilang unik karena terdiri atas hamparan batu dan pohon-pohon besar.
Di Pos 7, pendaki dapat melihat Lembah Ramma, dan awan mulai terlihat dekat.
Perjalanan dari Pos 7 ke Pos 8 akan menurun drastis, sehingga memerlukan kehati-hatian ekstra. Beberapa trek akan membawa pendaki berjalan di tepi jurang.
BACA JUGA:Tribhuwana Tunggadewi dan Gajah Mada, 2 Sosok Berpengaruh Kejayaan Majapahit
Di Pos 8, pendaki seringkali beristirahat dan mendirikan tenda, terutama karena terdapat sumber air.
Perjalanan dari Pos 8 ke Pos 9 akan menempuh trek menanjak, bahkan sampai ke puncak. Pos 9 merupakan jalur perpotongan, sehingga pendaki bisa saja bert
emu dengan pendaki lain yang melewati jalur Sinjai. Selama perjalanan dari Pos 9 ke Pos 10, pendaki akan melewati tebing yang curam.
Di Pos 10, pendaki akan menemukan tanah yang datar, yang sangat cocok untuk mendirikan tenda.
BACA JUGA:Peduli Gambut, Gubernur Herman Deru Komitmen Tidak Keluarkan Izin Alihfungsi Sejak Awal Menjabat
Mitos yang Menyelimuti Gunung Bawakaraeng
Selain keindahan alamnya, Gunung Bawakaraeng juga dikenal karena beberapa mitos yang menyelimutinya. Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari cerita dan budaya sekitar gunung ini, menambah kesan misteriusnya:
1. Hantu Nino di Pos 3