PAGARALAMPOS.COM - Tradisi keagamaan seringkali menjadi perjalanan rohani yang penuh makna dan simbolisme.
Namun, ada satu tradisi yang mungkin jarang diketahui oleh banyak orang di luar komunitas tertentu, yaitu tradisi naik haji di puncak Gunung Bawakaraeng.
Di tengah keindahan alam yang menakjubkan di Sulawesi Selatan, Indonesia, terselip sebuah praktik yang penuh dengan nilai-nilai spiritual dan tradisi yang mendalam.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi fakta-fakta menarik yang mengelilingi tradisi ini dan mencari tahu bagaimana perjalanan ke puncak Gunung Bawakaraeng memiliki makna yang dalam bagi para pelakunya.
BACA JUGA:Butuh yang Awet? Pakai 4 Merk Ban Motor Terbaik Ini
Profil Gunung Bawakaraeng
Gunung Bawakaraeng adalah salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan dengan ketinggian mencapai 2.840 meter di atas permukaan laut.
Terletak di Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, gunung ini juga dikenal sebagai titik terdingin di Sulawesi Selatan.
Meskipun telah tidak aktif sebagai gunung api, kawahnya masih terlihat, menambah daya tarik alaminya.
Menurut Profesor Asri Jaya, seorang ahli geologi dari Universitas Hasanuddin, Gunung Bawakaraeng terbentuk dari batuan vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma ketika sudah berbentuk lava atau fragmen beku di permukaan bumi. Pembentukan gunung ini terjadi sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Arti Nama Gunung Bawakaraeng
Nama "Bawakaraeng" sendiri memiliki makna yang dalam. Secara harfiah, nama ini berarti "Mulut Tuhan" atau "Mulut Raja."
BACA JUGA:Ban Motor Indonesia Paling Laris dan Bikin Nyaman!
Kata "Raja" di sini merujuk pada penguasa manusia, sesuai dengan kepercayaan orang Makassar kuno yang berbentuk dinamisme, yakni keberadaan Batara sebagai penentu alur kehidupan manusia.
Kata "bawa" mengacu pada "mulut" atau "tempat di mana kata akan keluar," sedangkan "Karaeng" diartikan sebagai Tuhan, Dewa, Raja, Yang Mulia, atau Yang Agung.