PAGARALAMPOS.COM - Indonesia memiliki ribuan suku dan budaya. Salah satunya yakni Suku Polahi.
Suku Polahi tergolong salah satu dari sekian banyak suku terasing di Indonesia. Masyarakat Suku Polahi memiliki tradisi perkawinan sedarah dan 3 Tuhan.
Masyarakat Polahi tinggal di daerah pedalaman hutan Sulawesi, tepatnya di pedalaman hutan Boli Yohuto, Pagu Yaman, dan Suawa di provinsi Gorontalo.
Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam ke dalam kebiasaan unik Suku Polahi, mengungkap aspek-aspek yang membuat mereka begitu istimewa dan tak terlupakan.
Mari kita mulai perjalanan ini untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Suku Polahi.
BACA JUGA:Pernikahan suku Indonesia Aneh, masa Malam Pertama Lakukan Ini Dulu?
Melalui pandangan mendalam ini, kita akan mencoba memahami perspektif dan tantangan yang dihadapi oleh suku ini, dan juga sejauh mana mereka terpengaruh oleh dunia modern yang terus berubah.
saat suku Polahi menghadapi dampak pengaruh eksternal, kekuatan mereka dalam mempertahankan esensi tradisional memberikan inspirasi Kehidupan di pedalaman hutan Gorontalo memungkinkan mereka untuk tetap terisolasi dari arus utama perubahan, namun dampak globalisasi dan interaksi dengan komunitas lain mulai memberikan pengaruh.
Meskipun beberapa perubahan positif telah terjadi dalam hal kesejahteraan dan pendidikan, ada aspek-aspek dari tradisi mereka yang tetap menimbulkan pertanyaan dan perdebatan di kalangan masyarakat luas.
Keseimbangan antara warisan budaya dan tuntutan perubahan adalah dinamika yang terus dihadapi oleh suku Polahi dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih baik.
BACA JUGA:Pj Walikota Pagar Alam Sambut Tugas Perdana dengan Launching Program Jumat Sedekah
Meskipun pernikahan sedarah dianggap tabu di luar sana, hal ini merupakan hal yang lazim di suku Polahi.
Selain itu, poligami juga diterima di suku ini, dan para pria suku Polahi tidak keberatan untuk menikahi lebih dari satu wanita.
Sistem poligami yang unik ini seringkali berhubungan dengan pernikahan sedarah di suku Polahi, seperti menikahi dua saudara kandung sekaligus dan sebagainya.
Yang lebih mengejutkan, meskipun pernikahan sedarah sering kali dikaitkan dengan kelahiran anak-anak yang cacat, namun di suku Polahi tidak terdapat anak-anak cacat dari pernikahan sedarah tersebut.