emu dengan pendaki lain yang melewati jalur Sinjai. Selama perjalanan dari Pos 9 ke Pos 10, pendaki akan melewati tebing yang curam.
Di Pos 10, pendaki akan menemukan tanah yang datar, yang sangat cocok untuk mendirikan tenda.
BACA JUGA:Visi Berani dan Komitmen Terhadap Keaslian, Menciptakan Sebuah Mahakarya Sinematik (08)
Mitos yang Menyelimuti Gunung Bawakaraeng
Selain keindahan alamnya, Gunung Bawakaraeng juga dikenal karena beberapa mitos yang menyelimutinya. Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari cerita dan budaya sekitar gunung ini, menambah kesan misteriusnya:
1. Hantu Nino di Pos 3
Salah satu mitos paling populer di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Hantu Nino." Kisah ini dimulai pada tahun 1980-an, di awal masa pendakian Gunung Bawakaraeng.
Nino adalah seorang pendaki wanita yang mengalami nasib tragis saat mendakigunung ini.
BACA JUGA:Mengejutkan, Suku Indonesia Ini Miliki Kebiasaan Aneh Saat Lakukan 'GELISAH'!
Cerita tentang Nino berawal dari penemuan mayatnya yang tergantung di sebuah pohon besar di Pos 3, salah satu jalur pendakian.
Hantu Nino sering dikabarkan muncul pada saat bulan purnama. Beberapa pendaki juga mengaku bahwa karetnya menjadi tiba-tiba berat saat melewati Pos 3, terutama yang menggunakan karet berwarna merah.
Bahkan, Hantu Nino disebut-sebut dapat membuat pendaki tersesat jika mereka melakukan hal-hal aneh selama pendakian.
2. Pasar Anjaya
Salah satu cerita mistis yang paling terkenal di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Pasar Anjaya." Lokasinya adalah sebuah tanah lapang yang terletak di antara Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang.
BACA JUGA:Bazar Kreasi Bhayangkari Nusantara, Dorong UMKM Naik Kelas
Warga setempat menyebut Pasar Anjaya sebagai pasar hantu atau tempat berkumpulnya jin. Sebagai catatan, para pendaki dianjurkan untuk tidak mendirikan tenda di lokasi Pasar Anjaya.