Bahkan, Hantu Nino disebut-sebut dapat membuat pendaki tersesat jika mereka melakukan hal-hal aneh selama pendakian.
2. Pasar Anjaya
Salah satu cerita mistis yang paling terkenal di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Pasar Anjaya." Lokasinya adalah sebuah tanah lapang yang terletak di antara Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang.
Warga setempat menyebut Pasar Anjaya sebagai pasar hantu atau tempat berkumpulnya jin. Sebagai catatan, para pendaki dianjurkan untuk tidak mendirikan tenda di lokasi Pasar Anjaya.
Pasar ini terlihat aneh karena dikelilingi oleh pepohonan, namun di titik yang dimaksud tidak ada satu pun pohon yang tumbuh. Kisah-kisah aneh dan suara keramaian sering terdengar di lokasi ini jika seseorang nekat mendirikan tenda di sana.
3. Ritual Haji Bawakaraeng
Istilah "Haji Tabattu" atau "Haji Bawakaraeng" sangat melekat pada warga yang tinggal di sekitar Gunung Bawakaraeng.
Mereka mempercayai bahwa jika mereka tidak dapat menunaikan haji ke Mekkah, mereka dapat menggantinya dengan meniatkan haji di Gunung Bawakaraeng. Ritual haji dimulai pada saat salat Idul Adha di gunung ini.
Warga setempat membawa sesajen seperti gula merah, kelapa, daun sirih, dan pinang. Mereka juga melepas hewan ternak, biasanya ayam dan kambing. Pendaki yang beruntung dapat menangkap ayam tersebut untuk dikonsumsi.
BACA JUGA:Temukan Istana Kuno Milik Raja Airlangga, Begini Nasib Si Pencari Rumput saat Ini
Dengan keindahan alamnya, jalur pendakiannya yang menantang, dan mitos yang menyelimutinya, Gunung Bawakaraeng adalah destinasi yang menarik bagi para pecinta petualangan dan mereka yang ingin merasakan keajaiban alam Indonesia.
Keberadaannya sebagai salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan juga menawarkan pemandangan yang tak terlupakan dan pengalaman yang mendalam bagi para pendaki yang berani menjelajahinya.
Meskipun misterius, mitos-mitos yang ada di sekitarnya menambahkan nuansa magis dan cerita unik yang melekat pada gunung ini. Sebelum mendaki, penting untuk mempersiapkan diri dengan baik, menghormati alam, dan menghargai budaya serta mitos yang ada di sekitar Gunung Bawakaraeng.*