Dari Pos 5, perjalanan dilanjutkan ke Pos 6 yang berada pada ketinggian 2.370 mdpl. Bentuk permukaan jalur ini terbilang unik karena terdiri atas hamparan batu dan pohon-pohon besar.
Di Pos 7, pendaki dapat melihat Lembah Ramma, dan awan mulai terlihat dekat.
Perjalanan dari Pos 7 ke Pos 8 akan menurun drastis, sehingga memerlukan kehati-hatian ekstra. Beberapa trek akan membawa pendaki berjalan di tepi jurang.
Di Pos 8, pendaki seringkali beristirahat dan mendirikan tenda, terutama karena terdapat sumber air.
Perjalanan dari Pos 8 ke Pos 9 akan menempuh trek menanjak, bahkan sampai ke puncak. Pos 9 merupakan jalur perpotongan, sehingga pendaki bisa saja bert
emu dengan pendaki lain yang melewati jalur Sinjai. Selama perjalanan dari Pos 9 ke Pos 10, pendaki akan melewati tebing yang curam.
Di Pos 10, pendaki akan menemukan tanah yang datar, yang sangat cocok untuk mendirikan tenda.
BACA JUGA:Ditemukan Pencari Rumput, Ternyata Istana Kuno Ini Didirikan Raja, Yuk Simak Asal Usulnya
Mitos yang Menyelimuti Gunung Bawakaraeng
Selain keindahan alamnya, Gunung Bawakaraeng juga dikenal karena beberapa mitos yang menyelimutinya. Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari cerita dan budaya sekitar gunung ini, menambah kesan misteriusnya:
1. Hantu Nino di Pos 3
Salah satu mitos paling populer di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Hantu Nino." Kisah ini dimulai pada tahun 1980-an, di awal masa pendakian Gunung Bawakaraeng. Nino adalah seorang pendaki wanita yang mengalami nasib tragis saat mendaki gunung ini.
Cerita tentang Nino berawal dari penemuan mayatnya yang tergantung di sebuah pohon besar di Pos 3, salah satu jalur pendakian.
BACA JUGA:Bukit Nirwana Pujon, Surga Foto Instagramable di Malang, Rekomendasi Wisata Bagi Pendatang!
Hantu Nino sering dikabarkan muncul pada saat bulan purnama. Beberapa pendaki juga mengaku bahwa karetnya menjadi tiba-tiba berat saat melewati Pos 3, terutama yang menggunakan karet berwarna merah.