Loh! Kok Naik Haji Di Puncak Gunung? Begini Tradisi Unik di Gunung Bawakaraeng Sulawesi Selatan!

Kamis 21-09-2023,10:57 WIB
Reporter : Elis
Editor : Elis

Selain keindahan alamnya, Gunung Bawakaraeng juga dikenal karena beberapa mitos yang menyelimutinya. Mitos-mitos ini telah menjadi bagian dari cerita dan budaya sekitar gunung ini, menambah kesan misteriusnya:

1. Hantu Nino di Pos 3

Salah satu mitos paling populer di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Hantu Nino." Kisah ini dimulai pada tahun 1980-an, di awal masa pendakian Gunung Bawakaraeng. Nino adalah seorang pendaki wanita yang mengalami nasib tragis saat mendaki gunung ini. 

BACA JUGA:Beri Dukungan Moril Prajurit, Pangdam Tanjung Pura Masuk Zona Merah di Papua Tengah

Cerita tentang Nino berawal dari penemuan mayatnya yang tergantung di sebuah pohon besar di Pos 3, salah satu jalur pendakian.

Hantu Nino sering dikabarkan muncul pada saat bulan purnama. Beberapa pendaki juga mengaku bahwa karetnya menjadi tiba-tiba berat saat melewati Pos 3, terutama yang menggunakan karet berwarna merah. 

Bahkan, Hantu Nino disebut-sebut dapat membuat pendaki tersesat jika mereka melakukan hal-hal aneh selama pendakian.

2. Pasar Anjaya

Salah satu cerita mistis yang paling terkenal di kalangan pendaki Gunung Bawakaraeng adalah tentang "Pasar Anjaya." Lokasinya adalah sebuah tanah lapang yang terletak di antara Gunung Bawakaraeng dan Lompobattang. 

BACA JUGA:Indonesia Punya Cerita, Misteri Gunung Arjuno, Suara Gamelan dari Masa Lalu, Merinding Guyss!

Warga setempat menyebut Pasar Anjaya sebagai pasar hantu atau tempat berkumpulnya jin. Sebagai catatan, para pendaki dianjurkan untuk tidak mendirikan tenda di lokasi Pasar Anjaya.

Pasar ini terlihat aneh karena dikelilingi oleh pepohonan, namun di titik yang dimaksud tidak ada satu pun pohon yang tumbuh. Kisah-kisah aneh dan suara keramaian sering terdengar di lokasi ini jika seseorang nekat mendirikan tenda di sana.

3. Ritual Haji Bawakaraeng

Istilah "Haji Tabattu" atau "Haji Bawakaraeng" sangat melekat pada warga yang tinggal di sekitar Gunung Bawakaraeng. 

Mereka mempercayai bahwa jika mereka tidak dapat menunaikan haji ke Mekkah, mereka dapat menggantinya dengan meniatkan haji di Gunung Bawakaraeng. Ritual haji dimulai pada saat salat Idul Adha di gunung ini.

BACA JUGA:Emang Enak Ibu Sendiri Diajak Begituan? Tradisi Suku Polahi Terus Berlanjut, Kawin Sedarah Masih Dipertahankan

Kategori :