Contoh terakhir adalah Yuki-Onna yang merupakan spirit yang mampu mengelabui manusia dalam kesulitan hingga dapat mengancam manusia hingga mati.
Dapat diasosiasikan akan muncul ketika manusia telah mengalami titik ter rendah, dan memliki sifat seperti manusia yaitu cantik namun jahat.
Yang ketiga adalah pencirian mental. Penyematan atribusi manusia ke dalam kode.
BACA JUGA:Beh Keren Banget! Ini Warisan Ratu Tribhuwana Tunggadewi, Inspirasikan Generasi Penerus Indonesia
Dewa/tuhan dicirikan oleh manusia memiliki kapasitas seperti manusia dimana juga mempunyai dorongan mental seperti manusia (memahami situasi, mengkategorikan sesuatu, dan mandiri sebagai objek).
Contohnya adalah bisa merespon ke penganut dan umat mereka, seperti Kitsune yang marah ketika pernikahannya dilihat bocah.
Sehingga membuat Ibu bocah tersebut panik dan tidak menerima anaknya tersebut.
BACA JUGA:BOOM, Redmi Note 13 Bakalan Meledak Dipasaran
Ruh buah persik yang tidak senang karena pohon dan kebunnya ditebang gundul oleh seseorang.
Hingga menghasilkan sosok perempuan kecil untuk mensugesti bocah kecil untuk menemui ruh-ruh berbentuk boneka tersebut.
Juga Yuki-Onna yang muncul saat manusia sedang berada di puncak kebingungan dan di ambang kehidupan mereka.
BACA JUGA:Paling Laris Karena Kualitas, Wajib Tau Inilah 4 Merek Ban Jawaranya Dijalanan
Seakan-akan para dewa memiliki dorongan mental untuk melakukan kuasanya dan yang pasti akan memengaruhi manusia untuk bertindak.
Ketiga pengatribusian karakteristik manusia terhadap objek yang bukan manusia dari perspektif pendekatan antropolog kognitif dan religi ini tidak harus terpisah.
Bisa juga saling menjelaskan dan melengkapi pendekatan lain.