Salahsatunya menampilkan momen ketika Arlette (Molly Parker) menginginkan pembagian lahan untuk dijual, hingga momen perceraian.
Lewat momen tersebut, Wilf jadi sangat membenci sang istri yang karakternya dimainkan begitu baik oleh aktris Molly.
BACA JUGA:Disambut Riuh Masyarakat, Perayaan HUT ke-22 Tahun Partai Demokrat di Pagar Alam Berjalan Sukses
Arlette juga ingin membesarkan Henry (Dylan Schmid) di Kota Omaha dan tinggal bersamanya.
Sudah kita ketahui sebelumnya, Wilf kemudian memaksa Henry untuk bergabung dalam rencana pembunuhan Arlette.
Konsep cerita yang disajikan kemudian terbantu dengan visual ladang pertanian jagung yang terhampar begitu hijau dan menakjubkan.
BACA JUGA:Durhaka. Suku Pedalaman Gorontalo ini Bolehkan Praktik Kawin Sedarah Termasuk Dengan Ibu Kandung
Suguhan sinematografi yang ditangkap oleh Ben Richardson membua film 1922 terlihat cerah.
Namun menyimpan rasa ironi karena tempat tersebut menjadi saksi pembunuhan sadis yang dilakukan oleh Wilf dan Henry kepada Arlette.
Sepanjang film ini berjalan, ‘1922’ bisa dibilang banyak mengeksplorasi rasa ketakutan bersifat psikologis dengan perasaan bersalah serta penyesalan yang mendalam.
BACA JUGA:Teruslah Bekerja Keras, Gapai Cita-cita – Banggakan Orangtua
Diakhiri dengan Kematian. ‘1922’ pun terbilang mengerikan, karena menampilkan efek suara dan bunyi serta visual horor.
Seperti papan lantai yang berderit dari langkah kaki, tikus-tikus yang muncul dari tanah.
Hingga arwah mayat Arlette, Henry, serta Shannon yang muncul secara menyeramkan.
BACA JUGA:Kok Bisa Ada Seorang Ayah yang Menyusui Bayinya? Ini Kisahnya!
Terlepas dari hal tersebut, perjalanan hidup dari sosok Wilf saat menuju akhir film terlihat lebih putus asa.